BISNIS.COM, JAKARTA—Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi masih menjadi pilihan sejumlah media cetak sebagai fokus pemberitaan pada hari ini, Rabu (1/5/2013).
Demikian juga informasi bisnis tentang saham unggulan yang berpotensi beri deviden yield terbesar.
APBN jebol
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013 tidak pro poor seperti yang sering digadang-gadang oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Terbuktti presiden lebih senang menutupi jebolnya APBN dengan cara mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) ketimbang berupaya melakukan efisiensi dan mengurangi ongkos-ongkos pemerintahan yang sangat layak untuk dipotong.(Neraca).
BBM bersubsidi
Pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dan solar dari Rp4.500 menjadi Rp6.000 per liter mulai Juni 2013.
Sedianya harga BBM bersubsidi naik mulai 1 Mei ini, namun akhirnya ditunda karena anggaran untuk program kompensasi BBM bagi masyarakat miskin harus mendapat persetujuan DPR. (Investor Daily)
Beli reksadana
Membeli reksadana akan semudah membeli sabun di mini market.
Namun, reksadana bakal terpajang di etalase ritel modern serupa Alfamart dan Indomaret.(Kontan).
Gerak fiskal
Potensi ruang gerak fiskal untuk inisiatif baru pada proyeksi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2014 adalah Rp46 triliun.
Padahal, pendapatan maupun belanja negara naik Rp220 triliun dibandingkan tahun 2013.(Kompas).
Deviden saham
Saham emiten unggulan yang masuk dalam daftar indeks LQ45 dari sektor perbankan berpotensi memberikan deviden yield terbesar untuk tahun buku 2012.
Investor berpotensi mendapatkan deviden yield yang cukup tinggi karena pertumbuhan laba bersih emiten perbankan pada 2012 di atas ekspektasi pelaku pasar.(Indonesia Finance Today).