JAKARTA: Kemenangan pasangan Jokowi-Ahok (Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama) dalam pemilihan kepala daerah alias pilkada DKI Jakarta pada 11 Juli atas pasangan Foke-Nara (Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli) mengejutkan banyak pihak.
Perolehan suara Jokowi-Ahok dalam hitung cepat (quick count) semua lembaga survei yang disebut-sebut lembaga survei independent, yang mencapai 43%-45%, jauh di atas perolehan suara Foke-Nara yang hanya memperoleh di kisaran 33%. Jika hasil itu kemudian menjadi hasil final, maka Jokowi akan bertanding dengan Foke dalam Pilkada putaran kedua nanti.
Hasil sementara ini --sebelum resmi diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta yang dijadwalkan pada 20 Juli nanti-- membalik survei yang diumumkan menjelang pemilihan, di mana hampir semua lembaga survei menyatakan perolehan Foke-Nara di atas 45%, jauh di atas perolehan suara Jokowi-Ahok yang masih di bawah 20%.
Informasi bisik-bisik yang diperoleh Bisnis menyebutkan, beberapa lembaga survei tidak mempublikasikan survei terbaru mereka menjelang pemilu yang sudah mengindikasikan perolehan Jokowi-Ahok melonjak dalam pekan kampanye.
Satu lembaga survei disebut-sebut mendapatkan fakta bahwa Jokowi-Ahok telah memperoleh suara 28%, namun tidak dipublikasikan. Tidak jelas apa alasan di balik keputusan tidak mempublikasikan hasil survei itu, atau mungkin terkait dengan aturan tidak boleh ada pengumuman hasil survei di hari tenang.
Yang di luar dugaan, hampir semua lembaga survei menyatakan ada suara yang belum memutuskan (undecided vote) di atas 20%, yang sama sekali tidak diperhitungkan suara itu lari ke Jokowi. "Ternyata semua lari ke Jokowi" ujar salah satu aktivitas yang paham seluk beluk survei itu.