Bisnis.com, JAKARTA - Ki Hajar Dewantara adalah sosok pelopor dalam dunia pendidikan Indonesia, yang dikenal sebagai pendiri Taman Siswa. Dia juga terkenal sebagai tokoh utama yang memperjuangkan hak pendidikan bagi rakyat Indonesia pada masa penjajahan.
Dengan semangat kebangsaan dan kepedulian tinggi terhadap nasib anak-anak bangsa, dia meletakkan dasar pendidikan nasional yang merdeka dan berpihak pada rakyat kecil. Karena jasanya yang luar biasa, dia diberi gelar Bapak Pendidikan Nasional.
Dikutip dari Arsip Nasional, Kamis (17/7/2025), Ki Hajar Dewantara memiliki peran yang besar dalam pendidikan di Indonesia dan memulai pergerakan. hal ini sudah tercermin sejak masa kecilnya.
Profil Ki Hajar Dewantara
- Nama Lahir: Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
- Nama Populer: Ki Hajar Dewantara
- Tempat, Tanggal Lahir: Yogyakarta, 2 Mei 1889
- Tempat, Tanggal Wafat: Yogyakarta, 26 April 1959
- Kebangsaan: Indonesia
- Agama: Islam
- Pendidikan: Europeesche Lagere School (ELS), School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA)
- Gelar Kehormatan: Pahlawan Nasional Indonesia, Bapak Pendidikan Nasional
Masa Kecil Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara lahir dari keluarga bangsawan Keraton Yogyakarta, yang memungkinkannya mengakses pendidikan formal sejak kecil. Sebagai anak dari keluarga priyayi, dia mendapatkan fasilitas pendidikan Barat yang jarang dimiliki oleh anak-anak pribumi lainnya.
Sejak kecil, Soewardi sudah menunjukkan rasa empati yang tinggi terhadap rakyat jelata yang tidak mendapatkan kesempatan belajar. Kondisi inilah yang kemudian membentuk cita-citanya untuk menjadikan pendidikan sebagai alat perjuangan sosial.
Riwayat Pendidikan
Ki Hajar Dewantara memulai pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar berbahasa Belanda. Setelah itu, ia melanjutkan ke STOVIA di Batavia, sekolah kedokteran khusus untuk pribumi. Namun, karena kondisi kesehatan yang kurang baik, ia tidak berhasil menyelesaikan pendidikannya. Meski begitu, semangat belajarnya tak pernah padam. Ia terus mengembangkan pengetahuan melalui dunia jurnalistik dan pergerakan politik.
Karier dan Kiprah Ki Hajar Dewantara
Setelah meninggalkan pendidikan formal, Ki Hajar aktif sebagai wartawan. Ia menulis artikel-artikel tajam yang mengkritik ketidakadilan kolonial, salah satunya yang paling terkenal berjudul "Als Ik Een Nederlander Was" (Seandainya Aku Seorang Belanda). Artikel tersebut diterbitkan tahun 1913 untuk menolak perayaan kemerdekaan Belanda yang justru mengabaikan penderitaan rakyat Indonesia. Karena tulisannya ini, ia bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo diasingkan ke Belanda oleh pemerintah kolonial.
Selama masa pengasingan, Ki Hajar mempelajari sistem pendidikan Eropa, khususnya metode pembelajaran yang menekankan pada pembentukan karakter dan kebebasan berpikir. Sekembalinya ke tanah air, pada 3 Juli 1922, ia mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta.
Sekolah ini membuka akses pendidikan bagi anak-anak pribumi tanpa memandang kelas sosial. Kurikulumnya pun menekankan nilai-nilai nasionalisme, kebudayaan lokal, dan kemerdekaan berpikir.
Perjuangan dan Kontribusi
Ki Hajar Dewantara tidak hanya berjasa dalam dunia pendidikan, tetapi juga berperan aktif dalam pergerakan nasional. Ia adalah anggota Boedi Oetomo dan turut mendirikan Indische Partij—salah satu partai politik pertama di Hindia Belanda yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia memanfaatkan dunia pendidikan sebagai medium perlawanan intelektual terhadap kolonialisme.
Dengan filosofi pendidikan yang mengedepankan kemerdekaan, ia melahirkan konsep pembelajaran yang mendidik tanpa menindas. Ia percaya bahwa pendidikan adalah hak semua anak bangsa, dan harus dilakukan dengan kasih sayang, keteladanan, dan penghargaan terhadap kebudayaan sendiri.
Warisan Ki Hajar Dewantara
Dikutip dari Kemdikbud, warisan terbesarnya adalah konsep pendidikan yang memerdekakan manusia, serta lembaga Taman Siswa yang hingga kini masih berdiri. Prinsip-prinsip pendidikan yang ia rintis telah menjadi landasan kurikulum nasional. Pemerintah menetapkan tanggal lahirnya, 2 Mei, sebagai Hari Pendidikan Nasional untuk mengenang jasanya.
Pemikirannya masih menjadi acuan dalam dunia pendidikan modern Indonesia, terutama pada aspek pembangunan karakter, kebudayaan, dan pengembangan potensi individu.
Semboyan dan Kutipan Ki Hajar Dewantara
Semboyan terkenal yang hingga kini menjadi filosofi dasar pendidikan Indonesia adalah:
"Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani."
Maknanya: Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan. Semboyan ini menunjukkan bahwa peran pendidik adalah membimbing dengan keteladanan, membangun semangat bersama peserta didik, dan memberikan dukungan secara berkelanjutan.
Selain semboyan tersebut, berikut beberapa kutipan penting dari Ki Hajar Dewantara yang menggambarkan pemikiran dan perjuangannya:
- "Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah."
- "Pendidikan adalah usaha kebudayaan untuk menuntun segala kekuatan kodrat pada anak-anak."
- "Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidikan hanya menuntun tumbuhnya kodrat itu."
- "Kemerdekaan yang sejati adalah kemerdekaan dalam berpikir dan berkarya."
- "Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab."
- "Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan manusiawi."
- "Kebudayaan adalah hasil budi daya manusia yang luhur; pendidikan harus memperkuat budaya itu."
- "Ilmu tanpa budi pekerti adalah seperti api tanpa cahaya."
- "Pendidikan harus dilaksanakan dengan cinta, bukan dengan paksaan."
- "Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membuat anak-anak bahagia."
Kematian Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959 di Yogyakarta. Ia dimakamkan di Taman Wijaya Brata, sebuah kompleks pemakaman yang didedikasikan untuk tokoh-tokoh penting bangsa. Setelah wafat, pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional. Namanya terus dikenang sebagai sosok yang berjasa besar dalam membangun pondasi pendidikan nasional.
Disclaimer: Artikel ini dihasilkan dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi Bisnis.com untuk memastikan akurasi dan keterbacaan informasi.