Bisnis.com, JAKARTA – Toyota Industries Corp. resmi mengumumkan rencana privatisasi senilai 4,7 triliun yen (US$32,4 miliar), sebagai langkah strategis untuk menghadapi transformasi besar di industri otomotif global dan memperkuat fleksibilitas pengambilan keputusan tanpa tekanan pasar publik.
Di balik kritik dan kontroversi yang mengemuka, langkah ini diyakini sebagai respons strategis Toyota Group dalam menghadapi tantangan bisnis global yang kian dinamis.
Para pemegang saham menyuarakan keluhan dan mencari kejelasan, terutama terkait harga penawaran tender ¥16.300 per saham yang dianggap terlalu rendah dan tidak mencerminkan nilai intrinsik perusahaan.
"Sangat disayangkan bahwa bisnis asli Toyota ini bergabung kembali dengan grup dan mengusir pemegang sahamnya," keluh seorang investor, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (12/6/2025).
Keputusan privatisasi Toyota Industries, yang merupakan cikal bakal lahirnya raksasa otomotif Toyota Motor, memicu perdebatan sengit.
Namun, di balik itu, ada narasi kuat tentang upaya grup ini untuk beradaptasi dengan perubahan fundamental di industri otomotif. CEO Toyota Industries, Koichi Ito menegaskan bahwa ini adalah langkah maju yang baru bagi perusahaan.
Baca Juga
Salah satu pendorong utama adalah upaya untuk menyelesaikan struktur "induk-anak" yang selama ini menjadi sorotan. Langkah ini juga sejalan dengan dorongan pemerintah Jepang untuk merapikan hubungan semacam itu di antara perusahaan-perusahaan besar.
Dengan privatiasasi, Toyota Industries dapat lebih fleksibilitas dalam pengambilan keputusan strategis tanpa terbebani oleh tekanan pasar publik yang cenderung berorientasi jangka pendek.
Industri otomotif saat ini menghadapi perubahan seismik, mulai dari pergeseran ke kendaraan listrik (EV), pengembangan teknologi otonom, hingga tekanan rantai pasokan global. Transformasi ini membutuhkan investasi besar, inovasi cepat, dan kemampuan untuk bergerak lincah.
Status privat dapat memungkinkan Toyota Industries untuk melakukan restrukturisasi internal, mengalihkan fokus investasi, dan berinovasi tanpa harus selalu melaporkan setiap langkah dan biaya kepada pasar, yang seringkali mengharapkan profitabilitas instan.
Meskipun mengedepankan narasi tantangan bisnis, langkah privatisasi ini juga menarik perhatian terhadap peran Toyota Fudosan Co. Perusahaan real estat yang dimiliki oleh 15 perusahaan dalam grup Toyota ini akan menjadi pemilik mayoritas Toyota Industries melalui perusahaan induk.
"Perusahaan-perusahaan grup Toyota ingin menunjukkan kepada investor bahwa mereka telah mendengarkan kekhawatiran mereka dan kini bersedia untuk mengakhiri kepemilikan silang mereka," ujar Julie Boote, analis otomotif di Pelham Smithers Associates Ltd.
Menurutnya, langkah ini berpotensi menjadi bumerang, karena kepemilikan silang secara tidak langsung tetap ada.
Akio Toyoda yang juga menjabat sebagai Chairman Toyota Fudosan Co, telah memberikan klarifikasi dengan menepis kritik bahwa persyaratan tersebut terlalu menguntungkan pihak pengakuisisi dan merugikan pemegang saham publik.
Cucu pendiri Toyota Motor ini membantah rencana tersebut dirancang untuk memperkuat cengkraman keluarganya. Dirinya menegaskan, tujuan sebenarnya adalah untuk mengembalikan identitas grup dan membantu mengatasi perubahan besar di industri otomotif global.
Sebelumnya, mengutip pernyataan resmi Toyota Group, privatisasi dipilih sebagai langkah strategis yang akan mempercepat visi masa depan grup. Proses privatisasi ini akan mendirikan perusahaan induk baru dan menginvestasikan sekitar 180 miliar Yen.
Sebagai bentuk komitmen pribadi, Akio, juga akan berinvestasi sebesar 1 miliar Yen dalam entitas akuisisi. Selain itu, Toyota Motor Corporation akan mengucurkan sekitar 700 miliar Yen dalam bentuk saham preferen tanpa hak suara.
Lebih lanjut, privatisasi ini juga bertujuan untuk membubarkan kepemilikan silang antara Toyota Industries dengan empat perusahaan grup lainnya, seperti AISIN Corporation, DENSO Corporation, dan Toyota Tsusho Corporation.
Fokus utama Toyota Industries setelah privatisasi adalah pengembangan di sektor barang dalam ekosistem mobilitas. Ini termasuk peningkatan teknologi otonom untuk peralatan logistik seperti forklift, perangkat lunak manajemen logistik, dan pengembangan powertrain ramah lingkungan.
Secara keseluruhan, langkah privatisasi ini merupakan bagian dari peninjauan hubungan permodalan yang lebih luas di Toyota Group sejak tahun fiskal 2023.
Tujuannya adalah untuk menciptakan formasi optimal sebagai perusahaan mobilitas, meningkatkan daya saing, dan memastikan grup terus relevan serta berkontribusi pada masa depan yang lebih sejahtera.