Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Ancaman China, Menhan AS Desak Negara-Negara Asia Genjot Belanja Militer

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mendesak negara sekutu di Indo-Pasifik untuk memacu belanja pertahanan seiring meningkatnya ancaman China.
Bendera Amerika Serikat berkibar di Seattle, Washington pada Kamis (4/7/2024). / Bloomberg-SeongJoon Cho
Bendera Amerika Serikat berkibar di Seattle, Washington pada Kamis (4/7/2024). / Bloomberg-SeongJoon Cho

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mendesak sekutu-sekutu di Indo-Pasifik untuk memacu belanja pertahanannya seiring meningkatnya ancaman nyata dan berpotensi membahayakan dari China. 

Hal tersebut diungkapkan Hegseth dalam pidatonya pada Dialog Shangri-La di Singapura, forum utama Asia bagi para pemimpin pertahanan, militer, dan diplomat. Ini merupakan kali pertama Hegseth berbicara dalam forum itu sebagai Menteri Pertahanan AS. 

Dalam forum tersebut, Hegseth juga menegaskan bahwa kawasan Indo-Pasifik merupakan prioritas bagi pemerintahan Presiden AS, Donald Trump. 

"Tidak ada alasan untuk menutup-nutupinya. Ancaman yang ditimbulkan Chiba itu nyata, dan bisa jadi akan segera terjadi," kata Hegseth dikutip Reuters, Sabtu (31/5/2025).

Dia menambahkan bahwa setiap upaya China untuk menaklukkan Taiwan akan mengakibatkan konsekuensi yang menghancurkan bagi Indo-Pasifik dan dunia. Hegseth juga menggemakan komentar Trump bahwa China tidak akan menyerang Taiwan di bawah pengawasan presiden.

"Semua orang harus memahami dengan jelas bahwa Beijing secara kredibel bersiap untuk menggunakan kekuatan militer guna mengubah keseimbangan kekuatan di Indo-Pasifik," kata Hegseth.

China menganggap Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan telah bersumpah untuk bersatu kembali dengan pulau yang demokratis dan memiliki pemerintahan terpisah itu, dengan kekerasan jika perlu. China telah meningkatkan tekanan militer dan politik untuk menegaskan klaim tersebut, termasuk meningkatkan intensitas permainan perang di sekitar Taiwan. 

Pemerintah Taiwan menolak klaim kedaulatan Beijing, dengan mengatakan hanya penduduk pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka. 

Namun, komentarnya tentang sekutu yang perlu meningkatkan pengeluaran kemungkinan akan menimbulkan kekhawatiran di antara para mitra, meskipun para ahli mengatakan Hegseth akan menghadapi audiensi yang relatif bersahabat di Singapura. 

Menteri Pertahanan China Dong Jun telah memutuskan untuk melewatkan forum keamanan utama Asia dan Beijing hanya mengirimkan delegasi akademis. 

Hegseth sebelumnya telah mengkritik sekutu-sekutu AS di Eropa karena tidak mengeluarkan lebih banyak dana untuk pertahanan mereka sendiri. Pada Februari lalu, dia memperingatkan Eropa agar tidak memperlakukan Amerika seperti "orang bodoh" saat berpidato pada konferensi pers di markas besar NATO di Brussels.

Sementara itu, pada Jumat (30/5/2025) kemarin, Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam forum yang sama mengatakan komentar Hegseth yang meminta Eropa untuk meningkatkan anggaran pertahanan dapat dibenarkan.

"Sulit untuk mempercayai, sedikit, setelah beberapa perjalanan ke Eropa bahwa saya mengatakan ini, tetapi berkat Presiden Trump, sekutu Asia harus melihat negara-negara di Eropa sebagai contoh baru," kata Hegseth.

Hegseth melanjutkan, Anggota NATO berjanji untuk menghabiskan 5% dari PDB mereka untuk pertahanan, termasuk Jerman. 

Sehingga, dia menyebut tidak masuk akal bagi negara-negara di Eropa untuk melakukan itu sedangkan sekutu utama di Asia menghabiskan lebih sedikit untuk pertahanan dalam menghadapi ancaman yang bahkan lebih hebat, termasuk Korea Utara.

Dinilai Merendahkan

Senator Partai Demokrat AS Tammy Duckworth, yang merupakan salah satu pemimpin delegasi bipartisan untuk Dialog Shangri-la, mengatakan bahwa Hegseth menekankan bahwa Amerika Serikat berkomitmen terhadap kawasan tersebut. Namun, dia menilai bahasa yang digunakan Hegseth tentang sekutu tidak membantu.

"Saya pikir itu merendahkan teman-teman kita, di Indo-Pasifik khususnya," kata Duckworth.

Data dari International Institute for Strategic Studies menyebut, pengeluaran untuk senjata dan penelitian meningkat di antara beberapa negara Asia. Hal ini karena mereka menanggapi prospek keamanan yang suram dengan memperluas kemitraan industri luar negeri mereka sambil mencoba meningkatkan industri pertahanan mereka sendiri. 

Lonjakan itu terjadi bahkan ketika negara-negara Asia menghabiskan rata-rata 1,5% dari PDB untuk pertahanan pada tahun 2024, angka yang relatif konstan selama dekade terakhir, katanya.

Hegseth menyarankan agar sekutu di Eropa fokus pada keamanan di benua Eropa, sehingga Washington dapat fokus pada ancaman yang ditimbulkan oleh China di Indo-Pasifik, di samping lebih banyak partisipasi oleh sekutu di Asia.

"Kami lebih suka jika keseimbangan investasi Eropa yang luar biasa berada di benua itu, sehingga saat kami bermitra di sana, yang akan terus kami lakukan, kami dapat menggunakan keunggulan komparatif kami sebagai negara Indo-Pasifik untuk mendukung mitra kami di sini," katanya menanggapi pertanyaan setelah pidatonya.

Namun, beberapa langkah awal pemerintahan Trump di Indo-Pasifik telah menimbulkan kecurigaan. AS memindahkan sistem pertahanan udara dari Asia ke Timur Tengah awal tahun ini saat ketegangan dengan Iran meningkat - upaya yang membutuhkan 73 penerbangan C-17.

Hegseth, mantan pembawa acara Fox TV yang telah menghabiskan sebagian besar bulan pertamanya di kantor dengan fokus pada isu-isu dalam negeri, berbicara kepada khalayak internasional tentang topik-topik yang sering ia bicarakan saat berada di Amerika Serikat, seperti mengembalikan etos prajurit.

Hegseth menyebut, kehadiran AS di forum ini bukanlah untuk menekan negara lain agar menerima atau mengadopsi politik atau ideologi AS atau berceramah tentang perubahan iklim atau isu-isu budaya

"Kami menghormati anda, tradisi anda, dan militer anda. Dan kami ingin bekerja sama dengan anda di mana kepentingan bersama kita selaras," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper