Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jusuf Kalla Bela Prabowo Soal Efisiensi Anggaran dan Ekonomi RI Turun

Jusuf Kalla menilai efisiensi harus dilakukan Prabowo karena dana terbatas. Sementara ekonomi turun disebabkan faktor eksternal.
Presiden Prabowo Subianto menerima kedatangan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana, Selasa (4/2/2025). Jusuf Kalla menilai efisiensi harus dilakukan Prabowo karena dana terbatas. Sementara ekonomi turun disebabkan faktor eksternal. /Setwapres
Presiden Prabowo Subianto menerima kedatangan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana, Selasa (4/2/2025). Jusuf Kalla menilai efisiensi harus dilakukan Prabowo karena dana terbatas. Sementara ekonomi turun disebabkan faktor eksternal. /Setwapres

Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla membela Presiden Prabowo Subianto terkait kebijakan efisiensi dan ekonomi Indonesia kuartal I/2025 mengalami kontraksi.

Kalla mengatakan bahwa Prabowo harus melakukan efisiensi karena anggaran yang dimiliki pemerintah terbatas. 

Itu bisa terjadi disebabkan oleh kebijakan pemerintahan sebelumnya yang membuat utang negara menumpuk dan keuangan defisit.

Mau tak mau, tambah Kalla, Prabowo harus menyisir lagi kegiatan yang tidak penting demi mewujudkan program unggulannya. Ruang gerak kepala negara dalam mengeluarkan kebijakan pun menjadi terbatas.

“Pak Prabowo ingin baik. Tapi kalau sumber daya kita kurang, itulah yang terjadi,” katanya dikutip melalui YouTube Universitas Paramadina Jakarta, Sabtu (24/5/2025).

Kalla menjelaskan bahwa hal itu diperparah dengan kebijakan Presiden Donald Trump yang melawan dunia dengan mengenakan tarif impor tinggi. Indonesia tak luput jadi sasaran dengan besaran 32%.

Meski tarif impor balasan atau resiprokal itu ditunda hingga 90 hari, efeknya sudah tidak bisa dihindari. Ekonomi Indonesia melambat menjadi 4,87% pada kuartal I/2025 secara tahunan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, capaian tersebut melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,02%.

Kalla menerangkan bahwa ekonomi yang melambat tersebut bisa terlihat dari maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK). Dampaknya terjadi penurunan daya beli masyarakat.

“Banyak anak yang tidak bisa bayar SPP [biaya pendidikan] karena orang tua mereka kena PHK. Jadi itu efeknya luas,” jelasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper