Bisnis.com, JAKARTA – Bill Gates yang dikenal sebagai salah satu pendiri Microsoft dan seorang filantropis, tiba di Indonesia untuk melakukan pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto. Lantas siapakah sosok Bill Gates?
Pria dengan nama asli William Henry Gates III ini merupakan salah satu pendiri Microsoft, bisnis perangkat lunak terbesar di dunia. Bisnis tersebut dia mulai bersama Paul Allen pada 1975 dan menghantarkan Bill Gates menjadi miliarder dalam prosesnya.
Menurut laporan Real-Time Billionaires Forbes, kekayaan bersih Bill Gates mencapai US$104,6 miliar pada April 2025, menempatkannya pada peringkat ke-14 secara global. Estimasi kekayaan bersih Bill Gates mencapai US$104,6 miliar atau sekitar Rp1.764 triliun per April 2025.
Dari Microsoft hingga Filantropi
Pada Juli 1975, Bill Gates bersama Paul Allen membentuk Micro-soft, gabungan ‘komputer mikro’ dan ‘perangkat lunak’. Kendati begitu dalam waktu satu tahun, keduanya menghilangkan tanda hubung tersebut, menjadi Microsoft.
Meski pada awalnya tidak berjalan mulus, pada akhirnya keduanya berhasil menjadi pengembang perangkat lunak terbesar di dunia.
Tonggak sejarah lainnya tiba pada Juni 1981, ketika para pendiri mendirikan Microsoft. Bill Gates menjadi presiden dan ketua dewan, sementara Paul Allen diangkat sebagai wakil presiden eksekutif. Pada 1983, Microsoft telah mendunia, dengan anak perusahaan yang tersebar di Inggris, Prancis, dan Jerman.
Baca Juga
Keputusan Bill Gates mengubah Microsoft menjadi perusahaan publik di pasar saham Nasdaq pada Maret 1986 membuat CEO kelahiran 28 Oktober 1955 langsung menjadi jutawan. Penawaran umum perdana sahamnya adalah $21 per saham.
Usai 25 tahun memimpin, Bill Gates mengundurkan diri dari jabatan CEO Microsoft pada Januari 2000, tahun yang sama saat dia mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation atau sekarang dikenal sebagai Gates Foundation.
Pria kelahiran Seattle, Washington itu menyerahkan jabatan CEO kepada Steve Ballmer, yang telah bekerja di Microsoft sejak 1980, dan memilih menempatkan dirinya sebagai kepala arsitek perangkat lunak sehingga dia dapat berkonsentrasi pada sisi bisnis yang paling disukainya, meskipun tetap menjadi ketua dewan direksi.
Pada 2006, Bill Gates resmi meninggalkan pekerjaan penuh waktu di perusahaan tersebut. Keputusan itu lantaran dia ingin mendedikasikan lebih banyak waktu untuk yayasan filantropisnya.
Kendati tak lagi sepenuhnya menjadi bagian dari dewan direksi, Bill Gates diketahui masih menjadi penasihat teknologi Microsoft dan menurut laporan Biography, Bill Gates sesekali masih melakukan ulasan produk untuk perusahaan tersebut.
Di luar yayasan filantropisnya, Bill Gates menunjukkan ketertarikannya pada penelitian Alzheimer. Pada November 2017, Bill Gates membagikan rencananya untuk menginvestasikan US$50 juta ke dalam Dementia Discovery Fund dan U$50 juta lainnya untuk usaha rintisan yang bergerak dalam penelitian Alzheimer.
Dalam laporan CNN kala itu, Bill Gates mengatakan bahwa dirinya telah melihat dampak buruk penyakit tersebut pada anggota keluarganya sendiri, termasuk ayahnya, yang meninggal pada 2020.
“Semua jenis perawatan akan menjadi kemajuan besar dari apa yang kita alami saat ini,” katanya kepada CNN saat itu, dan menambahkan bahwa , “tujuan jangka panjangnya haruslah penyembuhan,”