Bisnis.com, RIO DE JANEIRO — Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato pada Sesi Ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Brasil di Museu de Arte Moderna, Rio de Janeiro, Selasa (19/11/2024). Dia menyoroti soal dampak perubahan iklim ke negara berkembang.
Pada sesi terakhir KTT G20 Brasil, para pemimpin negara membahas soal isu pembangunan berkelanjutan dan transisi energi. Itu merupakan salah satu pilar utama Presidensi G20 Brasil, yang kini telah dilanjutkan oleh Afrika Selatan.
Adapun, dua pilar lainnya adalah Aliansi Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan serta Reformasi Tata Kelola Global.
Berikut pidato Presiden RI Prabowo Subianto di depan kepala negara yang mengikuti agenda KTT G20 Brasil
"Presiden Lula, Yang Mulia para tamu terhormat,
Kemarin kita telah membahas permasalahan kemiskinan dan kelaparan. Kita semua memiliki komitmen kuat untuk mengatasi isu-isu tersebut.
Tantangan-tantangan tersebut sangat memengaruhi negara-negara berkembang, serta agenda pembangunan berkelanjutan dan transisi energi mereka.
Baca Juga
G20 harus menghasilkan aksi nyata untuk membantu tercapainya Sasaran Pembangunan Berkelanjutan [Sustainable Development Goals/SDGs]. Kami, di Indonesia, terus memperkuat komitmen kami. Sampai dengan 2022, kami telah mencapai 50% dari target SDGs, dan kami sudah berada di jalur untuk melanjutkan usaha dalam mencapai target SDGs.
Usaha Indonesia tidak cukup, kita membutuhkan aksi kolektif dan kita butuh aksi kolektif G20.
Pilar lain dari pembangunan berkelanjutan adalah lingkungan. Indonesia terdampak efek perubahan iklim secara langsung. Area pesisir kami sekarang digenangi oleh permukaan air laut yang naik, kami pun terpaksa memindahkan ibu kota negara kami.
Di pesisir utara Pulawa Jawa, air laut baik 5 sentimeter setiap tahunnya. Kami kehilangan ratusan dan ribuan hektare tanah produktif. Petani dan nelayan kami hidup dalam kondisi sulit.
Ini akan memperburuk kemiskinan dan kelaparan. Oleh sebab itu, bagi Indonesia tidak ada alternatif, kami sepenuhnya berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi suhu iklim, untuk menyelamatkan lingkungan kami.
Kami berkomitmen untuk mencapai energi terbarukan dan hijau. Kami diberkahi dengan banyak sumber daya, kami sekarang sudah memproduksi biodiesel dan kami perlu menargetkan produksi sebesar 50% (B50) dari minyak sawit.
Kami juga tengah mengembangkan teknologi untuk menghasilkan bensin dari minyak sawit.
Kami juga memiliki cadangan panas bumi yang besar dan kami berencana untuk berencana untuk memensiunkan pembangkit listrik bertenaga fosil kami dalam 15 tahun. Kami juga akan membangun lebih dari 75 gigawatt energi terbarukan dala 15 tahun ke depan.
Kami juga berada di jalur khatulistiwa, sehingga kami memiliki banyak sinar matahari untuk memberi daya energi solar kami.
Kami memiliki banyak sumber daya energi terbarukan, dan karena itu kami sangat optimistis bisa mencapai emisi nol sebelum 2050.
Hadirin yang mulia, keberlanjutan, bukan eksploitasi harus dibagi secara global. Indonesia memiliki hutan tropis terbesar, dan mungkin hanya Brasil dan beberapa negara Afrika yang memiliki lebih banyak hutan dari kami. Kami telah berkontribusi bertahun-tahun untuk mendinginkan dunia. Kami dianggap sebagai paru-paru bumi. Namun, kami belum melihat janji-janji negara maju untuk menyediakan kredit karbon.
Untuk itu, kami butuh keberlanjutan komitmen untuk mengompensasi peran hutan-hutan kami dalam mempertahankan suhu global.
Indonesia terbuka untuk mengoptimalkan prospek 557 juta ton kredit karbon Indonesia. Kami juga memiliki kapasitas carbon storage terbesar, dan kami menawarkannya untuk dunia.
Hadirin yang mulia, saya juga ingin mengumumkan bahwa Indonesia akan senang mendukung upaya internasional. Kami berkomitmen untuk menjembatani celah pendanaan kegiatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kami berharap ini bisa berkontribusi secara positif.
Ke depan, G20 harus melanjutkan dampak positifnya. Kekuatan G20 harus mempersatukan dan membawa bersama negara maju dan berkembang, mempertemukan pandangan berbeda untuk merespons tantangan-tantangan dunia yang paling mendesak, dalam semangat transparansi, inklusi, konsensus sebagai prinsip-prinsip penting dari G20. Terima kasih banyak."