Bisnis.com, RIO DE JANEIRO — Brasil resmi menyerahkan estafet kepemimpinan G20 kepada Afrika Selatan pada Sesi Penutup Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Selasa (19/11/2024). Presiden Luiz Inacio Lula da Silva menyoroti bahwa negara berkembang kini telah memimpin forum ekonomi terbesar dunia sejak 2022.
Untuk diketahui, ada empat negara berkembang yang memimpin G20 dari 2022 sampai 2025. Mulai dari Indonesia pada 2022, India pada 2023, Brasil pada 2024, serta dilanjutkan oleh Afrika Selatan pada 2025.
"Indonesia, India, Brasil dan sekarang Afrika Selatan membawa sudut pandang yang merupakan kepentingan dari mayoritas populasi dunia," ujar Lula pada sesi penutup KTT G20 yang diselenggarakan di Museu de Arte Moderna, Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (19/11/2024).
Adapun KTT G20 di bawah Presidensi Indonesia diselenggarakan di Bali, sedangkan G20 India di New Delhi. Kemudian, puncak Presidensi oleh Brasil diadakan di Rio de Janeiro.
"Dimulai di Bali, melewati New Delhi dan sampai di Rio de Janeiro, kami berusaha untuk mempromosikan langkah-langkah yang bisa memiliki dampak konkret di hidup masyarakat," ujarnya kepada forum.
Adapun Presidensi G20 Brasil, terang Lula, memiliki tiga pilar utama. Pertama, Global Alliance Against Hunger and Poverty (Aliansi Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan). Kedua, reformasi tata kelola global. Ketiga, transisi energi serta perubahan iklim.
Baca Juga
Ketiga isu pilar utama Presidensi G20 Brasil itu dibahas dalam tiga sesi pertemuan pemimpin negara yang digelar 18-19 November 2024. Ketiganya juga sudah diadopsi ke Leaders' Declaration sejak hari pertama KTT.
Berdasarkan catatan Bisnis, Pilar Pertama yakni Global Alliance Against Hunger and Poverty merupakan pencapaian Presidensi G20 Brasil yang paling meninggalkan jejak. Pasalnya, salah satu sasaran dari inisiatif tersebut adalah memberantas kelaparan dan kemiskinan pada 2030.
Sementara itu, sebagai perbandingan, pencapaian Presidensi G20 Indonesia pada 2022 yang paling meninggalkan jejak adalah pembentukan Pandemic Fund.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Dewan Pengurus Pandemic Fund menyetujui pemberian hibah baru senilai total US$547 juta untuk penguatan kapasitas pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap pandemi di 40 negara.