Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lagi, OPEC Pangkas Proyeksi Permintaan Minyak Dunia 2024-2025

OPEC kembali memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak untuk 2024 dan 2025 selama empat bulan berturut-turut.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau OPEC kembali memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak untuk 2024 dan 2025 selama empat bulan berturut-turut karena terlambat menyadari adanya perlambatan permintaan di China.

Dalam laporan bulanan terbarunya, OPEC memproyeksikan konsumsi minyak global akan meningkat sebesar 1,8 juta barel per hari – hanya di bawah 2% – pada 2024. Angka tersebut 107.000 barel per hari lebih rendah dari perkiraan sebelumnya setelah data dari negara-negara Asia seperti China dan India, serta Afrika, berada di bawah ekspektasi.

OPEC memperkirakan konsumsi minyak dunia rata-rata sebesar 104 juta barel per hari pada tahun ini. Permintaan harian akan meningkat sebesar 1,5 juta barel pada 2025, atau 103.000 barel lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

OPEC telah mengurangi proyeksi pertumbuhan permintaan tahun ini hampir seperlima sejak Juli 2024 seiring dengan penurunan tajam harga minyak mentah. Namun, prospek kartel tersebut masih jauh lebih bullish dibandingkan perkiraan lainnya – dari bank-bank Wall Street dan perusahaan dagang, dan bahkan perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco.

Angka tersebut kira-kira dua kali lipat dari perkiraan Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA).

Anggota kelompok tersebut menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap perkiraan sekretariat yang berbasis di Wina. Dipimpin oleh Arab Saudi, OPEC dan sekutunya telah dua kali menunda dimulainya kembali produksi yang dihentikan sejak tahun 2022.

Rencana kenaikan produksi bulanan yang moderat akan dimulai awal tahun depan setelah diundur dari bulan Oktober. Hal tersebut akan ditinjau pada pertemuan pada 1 Desember mendatang.

Adapun, harga minyak mentah berjangka internasional telah menurun sekitar 18% sejak awal Juli, diperdagangkan mendekati US$72 per barel di London, karena para pedagang semakin yakin bahwa konflik di Timur Tengah tidak akan mengganggu ekspor kawasan tersebut.

Sebaliknya, mereka fokus pada perlambatan di China, di mana permintaan mengalami kontraksi selama beberapa bulan berturut-turut seiring dengan bergulatnya Beijing dengan berbagai tantangan perekonomian.

Prospek harga minyak mungkin terguncang oleh kembalinya Presiden Terpilih Donald Trump tahun depan, yang mengancam akan mengenakan tarif perdagangan yang besar terhadap China dan negara-negara lain. Pada masa jabatan sebelumnya, Trump menghambat ekspor minyak dari anggota OPEC, Iran, karena perselisihan mengenai program nuklir Teheran, dan sering memarahi kartel tersebut karena menjaga harga tetap tinggi.

Sementara itu, kepemimpinan OPEC+ mungkin terhibur dengan membaiknya kinerja beberapa anggota yang masih tertinggal dalam menerapkan pengurangan produksi.

Kazakhstan mengurangi produksi sebesar 292.000 barel per hari menjadi 1,29 juta barel per hari pada bulan Oktober, menurut laporan itu. Jumlah tersebut di bawah kuota, yang berarti negara tersebut telah memulai pembatasan tambahan yang dijanjikan sebagai kompensasi atas kelebihan produksi sebelumnya. Pengurangan ini mungkin hanya mencerminkan pemeliharaan sementara di ladang minyak raksasa Kashagan di Kazakhstan.

Irak juga secara bertahap mulai memenuhi kuota yang disepakati pada awal tahun, namun masih melebihi kuota dan tidak menunjukkan tanda-tanda kompensasi atas kecurangan yang dilakukan sebelumnya. 

Pemerintah mengurangi produksi harian sebesar 66.000 barel menjadi 4,068 juta barel pada bulan Oktober, masih sedikit lebih tinggi dari targetnya sebesar 4 juta barel. Sementara itu, produksi minyak Rusia masih berada sedikit di atas batas maksimum yang disepakati.

Lembaga saingan OPEC, IEA yang berbasis di Paris, akan merilis penilaian bulanan terbaru mengenai pasar minyak global pada Kamis (14/11/2024) mendatang.

IEA memperkirakan bahwa pertumbuhan permintaan akan melambat seiring peralihan dunia dari bahan bakar fosil ke kendaraan listrik, dalam upaya untuk mencegah bencana perubahan iklim.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper