Bisnis.com, MALANG - Kemenangan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat diprediksi akan menguntungkan bagi Pemerintah Indonesia.
Bukan tanpa alasan, hal tersebut karena ada kedekatan terhadap gagasan yang diangkat oleh presiden terpilih dengan fokus pemerintah Indonesia sekarang.
Dengan kesamaan gagasan ini, sangat memungkinkan bahwa kepentingan strategis akan terbangun.
Hal tersebut disampaikan oleh Adhi Cahya Fahadayna yang merupakan Dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya.
“Kedekatan pemerintah sekarang dengan Presiden Terpilih Donald Trump bahkan sudah terjadi sejak 2015 lalu. Salah satu elit Partai Gerindra bahkan pernah ramai dibahas karena bertemu dengan Presiden Terpilih Donald Trump pada saat proses kandidasi Trump pada 2015,” kata Dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya, Adhi Cahya Fahadayna, Kamis (7/11/2024).
Secara idiosinkratik, kata dia, karakter kepemimpinan Presiden Prabowo dan Presiden Terpilih Donald Trump sangat mirip dan memungkinkan relasi strategis akan terbangun dari faktor idiosinkratis ini.
Baca Juga
“Baik Presiden Terpilih Trump maupun Presiden Prabowo sama-sama menjadi presiden di usia tuanya, dan lebih mengedapankan kebijakan-kebijakan konvensional dan konservatif,” paparnya.
Alumni Northeastern University Amerika Serikat ini menilai ciri utama dari kepemimpinan Trump dan Prabowo adalah keperbihakan pada kalangan grass-root dan kelas pekerja atau petani.
Menurutnya, keberpihakan mereka pada isu-isu konsvensional dan konservatif inilah yang akan mendorong intensitas hubungan strategis bagi Indonesia dan Amerika Serika.
Hal ini kemudian didukung dengan rencana lawatan Presiden Prabowo Subianto ke luar negeri salah satunya ke Amerika Serikat.
“Sangat besar kemungkinan bagi Presiden Prabowo dan Presiden Terpilih Donald Trump akan bertemu pada kesempatan ini tentu dengan maksud untuk meningkatkan signifikansi kemitraan strategis Indonesia-Amerika Serikat,” ucapnya.
Adhi menilai dalam pemilu tahun ini, Donald Trump masih menggunakan isu populis dalam kampanyenya. Dari isu populis ini, Trump bisa meraih kemenangan di 4 negara bagian penentu seperti Georgia, North Carolina, Pennsylvania dan Wisconsin.
Menurut dia, Trump mengangkat gagasan besar yang koheren dengan kondisi yang diharapkan oleh mayoritas warga Amerika Serikat. Seperti isu isu pada gras root dan pekerja terutama di wilayah industri yang terdampak dari kemunduran ekonomi Amerika Serikat dan deindustrialisasi.
“Trump denga gagasan Make America Great Again masih koheren dengan kondisi ini dan mampu menguasai wilayah-wilayah Rust Belt yang identik dengan daerah-daerah industri tersebut. Selain itu faktor konservatisme yang ada pada masyarakat Amerika Serikat juga menjadi pengaruh sangat signifikan,” ujarnya.