Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biden Minta Maaf Atas Kekerasan di Sekolah Penduduk Asli Amerika Selama 1,5 Abad Lebih

Joe Biden meminta maaf atas peran pemerintah dalam menjalankan sekolah asrama penduduk asli Amerika yang penuh kekerasan selama lebih dari 150 tahun
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam sebuah acara di Upper Marlboro, Maryland, Amerika Serikat, Kamis (15/8/2024). Bloomberg/Aaron Schwartz
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam sebuah acara di Upper Marlboro, Maryland, Amerika Serikat, Kamis (15/8/2024). Bloomberg/Aaron Schwartz

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta maaf atas peran pemerintah dalam menjalankan sekolah asrama penduduk asli Amerika yang penuh kekerasan selama lebih dari 150 tahun.

Dilansir dari Reuters, Jumat (25/10/2024), Menteri Dalam Negeri AS Deb Haaland, orang Indian Amerika pertama yang menjadi sekretaris kabinet, telah memerintahkan penyelidikan terkait 'warisan' kebijakan sekolah asrama Indian federal yang bermasalah. Hasil investigasi menunjukkan, sedikitnya 973 anak meninggal di sekolah-sekolah tersebut.

Sistem sekolah asrama India yang dikelola pemerintah federal dirancang untuk mengasimilasi penduduk asli Amerika dengan menghancurkan budaya, bahasa, dan identitas penduduk asli melalui metode militeristik dan asimilasionis yang keras. Biden pun menjadi Presiden pertama yang meminta maaf atas kebijakan tersebut.

"Dengan menyampaikan permintaan maaf ini, presiden mengakui bahwa kita sebagai rakyat yang mencintai negara kita harus mengingat dan mengajarkan sejarah kita secara utuh, meskipun itu menyakitkan. Dan kita harus belajar dari sejarah itu agar tidak terulang lagi," ujar pihak Gedung Putih.

Adapun, sejak 1819 hingga 1970-an, Amerika Serikat menerapkan kebijakan mendirikan dan mendukung ratusan sekolah asrama Indian Amerika di seluruh negeri.

Tujuan dari sekolah asrama federal ini adalah untuk mengasimilasi budaya anak-anak Indian Amerika, Penduduk Asli Alaska, dan Penduduk Asli Hawaii dengan memisahkan mereka secara paksa dari keluarga, komunitas, bahasa, agama, dan kepercayaan budaya mereka, kata Departemen Dalam Negeri.

AS menghabiskan lebih dari US$23 miliar (disesuaikan dengan inflasi 2023), untuk menjalankan sekolah dan kebijakan asimilasi terkait.

Sementara anak-anak bersekolah di sekolah asrama federal, banyak yang mengalami kekerasan fisik dan emosional dan dalam beberapa kasus meninggal.

Seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan Kanada dalam beberapa tahun terakhir telah meninjau kembali pelanggaran masa lalu terhadap komunitas Pribumi, termasuk anak-anak di sekolah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper