Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jadi Pimpinan MPR, Bos Lion Air Buka-bukaan Soal Rencana IPO hingga Tiket Pesawat Mahal

Pendiri Lion Air atau Lion Group, Rusdi Kirana resmi dilantik menjadi Wakil Ketua MPR periode 2024-2029 dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana. Bisnis
Pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana. Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Pendiri Lion Air atau Lion Group, Rusdi Kirana resmi dilantik menjadi Wakil Ketua MPR periode 2024-2029 dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Rusdi ditunjuk oleh fraksinya untuk menjadi salah satu dari sembilan pimpinan MPR. Pada Selasa (1/10/2024), dia dilantik sebagai anggota DPR setelah memenangkan suara dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur VIII. 

Rusdi buka-bukaan soal targetnya di parlemen, masa depan perusahaan penerbangan miliknya hingga alasan mengapa tiket pesawat dalam negeri mahal. 

Taipan di bidang sektor aviasi itu mengaku menyerahkan seluruhnya kepada fraksi, termasuk di komisi mana nanti akan bertugas. Dia hanya menyampaikan keinginannya untuk fokus di isu ekonomi, khusunya UMKM. 

"Karena background saya pengusaha, saya akan memperjuangkan UMKM ya. Karena saya mengerti bahwa saya awalnya start-nya bisnis dari UMKM juga jadi kita mengerti bahwa semua mengerti bahwa negara ini memerlukan UMKM apalagi dengan kondisi dari persaingan dunia yang luar biasa," ujarnya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (3/10/2024). 

Rusdi, yang baru menginjakkan kaki di politik, mengaku sudah melimpahkan seluruh usahanya ke generasi penerus. Dia mengaku tidak bakal memiliki waktu untuk mengurus grup perusahaannya yang kini memiliki armada terbesar setidaknya di Indonesia. 

Dia pun menyoroti soal mahalnya tiket pesawat di Tanah Air. Menurutnya, harga itu sudah termasuk biaya yang diperlukan seperti untuk avtur, PPN, impor suku cadang dan lain-lain. Belum lagi, biaya impor semakin mahal dengan penguatan mata uang asing. 

Menurut Rusdi, permasalahan tiket pesawat mahal tidak hanya dibebankan kepada pengusaha penerbangan komersial. Urusan distribusi minyak atau avtur juga harus disoroti apabila adanya ketimpangan harga di daerah barat dan timur. Dia menitikberatkan perlunya alokasi subsidi bisa memprioritaskan daerah-daerah timur. 

"Yang diributkan lebih banyak dari daerah karena memang di daerah itu minyaknya mahal. Kenapa mahal karena Pertamina harus membawa ya itu biaya. Bagaimana kalau dinaikin di Jakarta subsidi yang di timur," ucapnya. 

Untuk itu, Rusdi menyebut ada tiga isu yang harus disoroti untuk mengatasi mahalnya biaya transportasi udara yakni keseimbangan harga avtur, PPN serta pembebasan bea impor sparepart. 

Adapun mengenai nasib perusahaannya ke depan, Rusdi mengaku tak akan banyak berperan seperti salah satunya terkait dengan rencana penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Dia enggan memerinci kapan bakal melakukan aksi korporasi itu. 

"Let's see," ujarnya ketika ditanya apabila ingin memasang target IPO tahun depan. 

Sebagaimana diberitakan Bloomberg, PT Lion Mentari Airlines sedang mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Rencana IPO ini akan membidik maksimal dana segar hingga US$500 juta.

Lion Air disebut akan menawarkan saham pada akhir tahun dengan bidikan dana di rentang US$300 juta hingga US$500 juta. Namun hingga saat ini, belum terdapat rincian waktu pelaksanaan IPO maupun informasi mengenai jumlah dan harga saham perdana.

Rusdi menilai perusahaannya sudah memiliki value yang cukup setelah mengudara selama 25 tahun. Dia menyoroti perusahaan airline lain yang sudah go public dengan armada ratusan pesawat. Namun, perusahaannya sendiri sudah memiliki armada besar akan tetapi belum menjadi perusahaan public. 

"Airlines di dunia itu yang mempunyai pesawat sampai ratusan baru yang semua public company selain kita. Airline kita kan terbesar di Asia Tenggara dan swasta nah ini bagaimana kita bisa go public kan," tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper