Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DPR Desak Pemerintah Berlakukan Protokol Kesehatan, Seiring Meningkatnya Kasus Monkeypox

DPR meminta pemerintah untuk kembali menerapkan protokol kesehatan, menyusul meningkatnya kasus Monkeypox di Indonesia.
Ikustrasi vaksin cacar monyet (monkeypox)./Istimewa
Ikustrasi vaksin cacar monyet (monkeypox)./Istimewa

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) mengungkap, sedikitnya 8.772 anak tertular Mpox di Republik Demokratik Kongo (DRC), pusat terjadinya wabah Mpox di Afrika. Jumlah itu lebih dari setengah total kasus yang dilaporkan di DRC. Selain itu, 80 persen kematian akibat Mpox di DRC juga terjadi pada anak-anak.

Di Burundi, negara tetangga DRC, tercatat hampir 60 persen kasus Mpox terjadi pada anak dan remaja di bawah usia 20 tahun. Sebesar 21 persen dari kasus Mpox pada anak berusia di bawah 5 tahun. Kasus Mpox pada anak-anak juga dilaporkan di sejumlah negara di Afrika.

Oleh karena itu, Rahmad menilai diperlukan penanganan khusus terhadap potensi pasien Mpox anak.

“Potensi Mpox pada anak ini bukan berarti pada semua anak. Ini secara khusus bagi anak-anak yang keluarganya terdapat suspect Mpox. Maka jika menjadi suspect Mpox, harus mengikuti anjuran isolasi mandiri supaya tidak menularkan kepada keluarga, terutama anak-anak,” urainya.

“Pemerintah juga harus bisa memberi kepastian dan jaminan bahwa semua faskes dan pelayanan kesehatan sudah siap dengan pengobatan maupun antisipasi penyebaran virus ini, termasuk pada anak-anak suspect Mpox yang juga harus kita lindungi,” lanjut Rahmad.

Terkait obat-obatan Mpox yang kasusnya banyak ditemukan di Afrika itu, Kemenkes sudah menyiapkan pemberian terapi simtomatis, tergantung derajat keparahan kasus. Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit.

Mpox memiliki masa inkubasi sekitar 3 hingga 17 hari di mana gejalanya mirip seperti cacar air, namun cacar monyet memiliki bentuk luka seperti leci di mana bekas lukanya berwarna hitam dan menyebar di tubuh orang yang terpapar.

Sejumlah gejala yang dapat diperhatikan oleh masyarakat terkait Mpox ini adalah adanya ruam di tangan, kaki, dada, wajah, mulut atau di dekat alat kelamin. Selain itu pasien Mpox biasanya mengalami demam, panas dingin, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, nyeri otot dan sakit punggung, serta sakit kepala dan gejala pernafasan (misalnya sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau batuk).

“Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat soal Mpox dan penanganannya menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan Pemerintah. Termasuk bagaimana metode isolasi mandiri jika menjadi suspect Mpox. Masyarakat juga butuh kepastian dari Pemerintah bahwa penyakit ini bisa diobati,” ucapnya.

Di sisi lain, anggota Komisi Kesehatan DPR itu mengimbau kepada masyarakat yang memiliki anak untuk selalu meperhatikan kondisi kesehatan anak-anaknya. Mengingat, kata Rahmad, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menyebut anak-anak berisiko lebih tinggi terkena Mpox dalam kondisi parah dibandingkan orang dewasa.

“Walaupun bukan berarti masyarakat harus takut atau panik, tapi mengantisipasi lebih baik daripada mengobati. Pastikan anak-anak kita terjaga dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Sebisa mungkin hindari dulu tempat ramai atau kerumunan,” imbaunya.

Data WHO menunjukkan, rasio kematian kasus Mpox pada anak-anak di bawah usia satu tahun mencapai 8,6 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan kematian dari 2,4 persen pasien berusia 15 tahun ke atas.

"Tapi masyarakat tidak perlu merasa cemas dan khawatir berkepanjangan karena penyakit ini bisa diobati. Ikuti informasi resmi dari Pemerintah dan perbanyak literasi mengenai Mpox seperti gejala awal dan cara penanganannya,” kata Rahmad.

“Jangan gampang percaya pada informasi di media sosial yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Cari informasi dari sumber-sumber terpercaya,” tambahnya.

Mengutip Save The Children, penularan Mpox terhadap anak bisa lebih cepat karena sistem kekebalan tubuhnya masih lemah. Biasanya, anak-anak mudah tertular penyakit saat di sekolah yang memiliki banyak aktivitas kontak fisik. 

"Untuk melindungi anak anak dan keluarga yang mungkin terkena suspect, perlu ada perlindungan berlapis. Lingkungan pendidikan juga harus berpartisipasi melakukan upaya-upaya pencegahan virus Mpox,” sebut Rahmad. 

Untuk itu, Pemerintah diingatkan untuk melakukan kolaborasi dan koordinasi antara stakeholder terkait. Selain itu, menurut Rahmad, Pemerintah harus memastikan vaksin yang ada di Indonesia sudah mencukupi agar Mpox tidak mewabah di Indonesia.

“Kasus penularan Mpox pada anak-anak di Afrika menjadi pelajaran berharga buat Indonesia. DPR mendukung upaya Pemerintah yang saat ini masih fokus pada vaksinasi terhadap warga dengan risiko tinggi sembari mewaspadai kemungkinan penularan pada anak-anak,” urainya.

Rahmad mengatakan, Pemerintah tidak bisa sendiri dalam menangani penyakit Mpox. Sehingga penting bagi Pemerintah untuk bekerja sama dan bergotong royong dengan pihak-pihak terkait.

“DPR juga akan terus melakukan pengawalan. Dan tentu diperlukan dukungan dari masyarakat itu sendiri dengan menjaga keluarga lewat berbagai upaya-upaya antisipasi, seperti penerapan protokol kesehatan yang ketat,” tutup Rahmad.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper