Bisnis.com, JAKARTA - Komandan Korps Marinir Mayjen TNI Mar Endi Supardi menyampaikan Lettu Laut Eko Damara (30) meninggalkan utang sebanyak Rp819 juta sebelum bunuh diri.
Dia menyampaikan, utang yang terkumpul sudah cukup lama yang dikumpulkan dari rekannya sesama dokter, teman satuan tugas, hingga sejumlah bank.
"Utang di daerah operasi ini ada Rp177.324.400, ada Rp641.702.638. Total keseluruhan utang almarhum Rp819.027.038," ujar Endi kepada wartawan dikutip, Selasa (21/5/2024).
Dia menambahkan, berdasarkan hasil investigasi digital forensik pihaknya telah menemukan history browser yang dimiliki oleh Eko kebanyakan terkait soal judi online.
"Cara mati dengan tidak sakit, banyak sekali. Seminggu sebelum almarhum meninggal. Sebelumnya juga banyak googling masalah judi online, download aplikasi judi online. Jadi nyambung kenapa yang bersangkutan bunuh diri," tuturnya.
Di samping itu, dia juga menyampaikan kronologi bunuh diri Lettu Eko itu. Peristiwa tersebut terjadi di ruang kesehatan di Koramil Dekai, Kodim 1715 Yahokimo pada 13.07 WIT. Suara letupan terdengar dari ruangan itu.
Baca Juga
Eko ditemukan bersandar di dinding jendela ruangan tersebut. Dalam keadaan bersimbah darah, Eko dibawa ke ruang kesehatan oleh rekannya sambil memegang senjata SS-2 V1 yang digunakan untuk melakukan bunuh diri.
Sebelum dibawa ke ruangan, Endi menyampaikan Eko masih sempat dalam keadaan bernyawa. Pada 14.00 WIT, dokter yang bertugas menyatakan Eko meninggal dunia.
"Dari semua keterangan yang ada, tim investigasi mengatakan 99,99 persen bunuh diri. Satu persen kenapa? Karena pas saat nembak tidak ada yang melihat, karena dari bukti yang ada, teman yang ada di depan pos saat letusan itu ada dan langsung menuju sana, tidak ada orang lain," pungkasnya.
Sebagai informasi, berdasarkan hasil digiral forensik, korps marinir juga menemukan catatan yang ditinggalkan eko. Berikut isi tulisan yang ditulis Lettu Eko di note:
"Harapan untuk berkeluarga tidak ada, harapan untuk sekolah tidak ada, harapan dianggap baik tidak ada. Harapan ada tempat di instansi tidak ada, harapan ada tempat di satuan tidak ada, harapan diterima orang orang sekitar tidak ada. Lalu apalagi yang mau diharapkan kalau tidak mati?
Terima kasih ustad Hakim atas ceramahmu siang tadi, mungkin ada betulnya saya zalim, tapi tidak sedikitpun terlintas di kepala saya buat minjam tapi nggak ada niat bayar. Tapi nggak apa-apa, saya tahu arah ceramahmu hari ini ke seluruh orang, wajar kamu menelanjangi aib-aib saya, saya mohon maaf buat orang orang saya zalim.
Saya masih belum mampu membayar, kalau hidup saya lanjutin, yang ada saya semakin zalim dan nggak berguna. Sebagai seorang perwira saya sangat memalukan dan tidak berguna. Merugikan banyak orang, tidak layak hidup. Hanya jadi beban buat satgas dan merusak nama baik satgas terutama komandan satgas.
Saya tidak akan sedikitpun ada niatan, menjelekkan nama kalian, membuat nama kalian jelek, tidak ada. Tapi karena saya sudah tidak sanggup menyelesaikannya biarlah saya bayar pakai nyawa. Agar kalian semua puas, perwira dokter tukang utang yang jadi beban, perusak, tidak berguna dan memalukan ini mati.
Dan mempertanggungjawabkannya di akhirat karena di duniawi dia sudah tidak mampu. Allah, aku percaya engkau Tuhan yang Mahaesa, akan ada penghakiman dan konsekuensi dari segala tindakanku.
Aku pasrah dan mohon ampun pada-Mu dan siap menerima konsekuensi hukuman dari-Mu. Semoga suatu waktu kelak aku bisa dapat ampunan-Mu. Dan mendapat syafaat dari rasulullah. Aku tidak menyesal kau hukum karena aku salah, sampai kapanpun aku bersaksi tidak ada Tuhan selain engkau ya Allah dan nabi Muhammad utusanmu. Allahuakbar."