Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demo Buruh di Istanbul Turki, Puluhan Orang Ditangkap

Puluhan orang ditangkap dalam demo buruh di Istanbul Turki hari ini
Bendera Turki/Reuters
Bendera Turki/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Polisi Turki menembakkan gas air mata dan peluru karet serta menahan puluhan pengunjuk rasa hari buruh atau May Day 1 Mei di Lapangan Taksim Istanbul.

Dilansir dari Le Monde, lebih dari 40.000 polisi dikerahkan di seluruh Istanbul, bahkan memblokir jalan-jalan kecil dengan penghalang logam dalam upaya mencegah berkumpulnya pengunjuk rasa.

Polisi bentrok dengan pengunjuk rasa di dekat balai kota di distrik Sarachane, menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk menghentikan pengunjuk rasa menerobos barikade.

Menurut laporan media, setidaknya 150 orang telah ditahan pada tengah hari, namun pihak berwenang tidak mengkonfirmasi jumlah tersebut.

Beberapa ditahan saat mencoba memasuki Taksim Square. Penghalang logam tinggi dipasang di sekitar alun-alun, tempat pihak berwenang melarang demonstrasi sejak tahun 2013, ketika alun-alun tersebut menjadi fokus demonstrasi menentang pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Taksim merupakan tempat berkumpulnya perayaan May Day hingga tahun 1977, ketika sedikitnya 34 orang terbunuh dalam demonstrasi. Pihak berwenang membukanya kembali pada tahun 2010, namun ditutup kembali setelah protes tahun 2013.

Larangan demo buruh di Taksim

Dilansir dari New Arab, Polisi Turki pada hari Selasa menutup Lapangan Taksim di pusat Istanbul untuk mencegah protes May Day ketika Presiden Recep Tayyip Erdogan memperingatkan serikat pekerja untuk menghindari tindakan provokatif.

Peningkatan langkah-langkah keamanan ini dilakukan sehari setelah Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya mengatakan pihak berwenang telah menetapkan 40 area untuk perayaan May Day kecuali Lapangan Taksim yang menjadi simbolnya.

Yerlikaya mengatakan beberapa serikat pekerja telah menuntut untuk menggunakan alun-alun tersebut, yang merupakan pusat protes tahun 2013 terhadap pemerintahan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, yang sekarang menjadi presiden, namun hal itu tidak diizinkan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper