Bisnis.com, JAKARTA - Dr. Boen meninggalkan KLBF dalam kondisi yang membanggakan. Kinerja Kalbe Farma menjadi salah satu emiten farmasi yang terbaik pada tahun lalu.
Kepergian sosok yang dikenal sederhana tersebut meninggalkan legasi yang sangat bernilai, tidak saja bagi perusahaan yang didirikannya, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia. Kepiawaiannya sebagai pengusaha menghantarkan KLBF sebagai salah satu perusahaan farmasi swasta terdepan saat ini.
Selain soal peninggalan Dr. Boen, terdapat informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan redaksi BisnisIndonesia.id pada Rabu (5/4/2023).
1. Saatnya Petugas Pajak Tak Hanya Mahir Berburu di Kebun Binatang
Saat ini pengumpulan pajak dinilai cenderung berupa tindakan agresif kepada wajib pajak tertentu saja. Penarikan pajak kepada WP yang itu-itu saja dinilai membuat fiskus bagaikan pemburu yang hanya mahir menangkap buruan yang ada di kebun binatang.
Selain itu, penetapan kenaikan tarif pajak mestinya hanya menjadi jalan terakhir untuk mendorong peningkatan penerimaan negara.
Cara pemerintah mengumpulkan penerimaan negara dari sektor pajak tersebut menjadi salah satu topik pembicaraan dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) di DPR RI, Selasa (4/4/2023).
2. Kinerja Cemerlang KLBF, Emiten Yang Ditinggalkan Dr. Boen
Pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah pada 23 September 1933 itu menyelesaikan pendidikan SD di Tegal. Dia lalu melanjutkan SMP dan SMA di Jakarta.
Boen kemudian menyelesaikan pendidikan S1-nya di Fakultas Kedokteran UI pada 1958. Selepas menamatkan gelar S1, Boen pergi ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikan spesialis hingga doktoral di University of California.
Kini kapitalisasi Kalbe Farma telah mencapai Rp97,5 triliun dan merupakan perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Beberapa produk Kalbe Farma yang paling dikenal sekarang adalah Promag, Komix, Fatigon, Mixagrip.
3. Menyusuri Peta Perjalanan Fiskal Hingga Triwulan I/2023
Seiring terkendalinya wabah Covid-19 di Indonesia, kondisi ekonomi juga berangsur pulih. Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara yang ekonominya dinilai sudah kembali ke level prapandemi.
Hal itu didukung penguatan di sektor-sektor utama penyumbang PDB seperti industri pengolahan, perdagangan, pertambangan, konstruksi dan pertanian. Di tahun 2023, pemerintah diyakini bisa menekan defisit anggaran hingga tetap berada di bawah 3 persen.
Pertumbuhan ekspor juga mendorong aktivitas produksi nasional. Di sisi lain, penerimaan negara dari sektor perpajakan mengalami peningkatan signifikan.
4. Memahami Siklus Pasar Properti Hunian Jelang Tahun Politik
Meskipun tahun 2023 menjadi tahun dimulainya kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, namun diyakini sektor properti residensial akan berkibar dan bergerak positif.
Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, penjualan properti residensial di pasar primer pada kuartal IV tahun 2022 secara tahunan tumbuh melambat.
Kendati ada kenaikan bahan bangunan dan masalah birokrasi masih mewarnai pasar properti tahun ini, penjualan rumah tapak bakal bergerak positif seiring dengan masuknya tahun politik dan masih tingginya kebutuhan rumah.
5. Ancang-ancang Jalur Mudik Pesawat Terbang
Jumlah penumpang pesawat pada masa mudik lebaran 2023 diprediksi bertumbuh sekitar 20 persen. Maskapai bersiap dengan menambah kapasitas kursi dan peningkatan frekwensi penerbangan.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi jumlah penumpang pesawat mencapai 6,2 juta orang pada periode mudik Lebaran 2023.
Mengantisipasi lonjakan permintaan layanan pada puncak libur Idulfitri 2023, Lion Air, AirAsia Indonesia, hingga Super Air Jet memperkuat armadanya dengan menghadirkan pesawat baru.
GIAA dan entitas anaknya Citilink Indonesia menyiapkan sedikitnya 1,2 juta kursi penerbangan selama masa angkutan Lebaran 2023, dengan perincian Garuda Group 518.856 kursi, dan Citilink sebanyak 722.080 kursi.