Kantor Direktur Intelijen Nasional AS menolak mengomentari laporan DOE. Untuk diketahui, 18 kantor komunitas intelijen AS memiliki akses terhadap informasi yang digunakan DOE dalam melakukan penilaian.
Alina Chan, seorang ahli biologi molekuler di Broad Institute of Massachusetts Institute of Technology dan Harvard, mengatakan masuk akal bila asal usul Virus Corona dikaitkan dengan aktivitas di Institut Virologi Wuhan di China.
Seperti diketahui, kasus Covid-19 pertama kali terjadi di Wuhan pada tahun 2019.
Menurutnya, bahwa proposal penelitian tahun 2018 yang ditulis bersama para ilmuwan di Wuhan dan kolaborator AS "pada dasarnya menggambarkan cetak biru untuk virus mirip Covid".
“Kurang dari dua tahun kemudian, virus seperti itu menyebabkan wabah di kota itu,” katanya.
Institut Wuhan telah mempelajari Virus Corona selama bertahun-tahun, sebagian karena kekhawatiran yang meluas - menelusuri kembali ke SARS - bahwa Virus Corona dapat menjadi sumber pandemi berikutnya.
Severe acute respiratory syndrome atau SARS adalah infeksi saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh SARS-associated coronavirus (SARS-CoV). Gejala awalnya mirip dengan influenza, tetapi dapat memburuk dengan cepat.
SARS pertama kali ditemukan di Guangdong China pada tahun 2002 dan baru teridentifikasi pada awal tahun 2003. Sindrom ini kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai negara.
Menurut laporan yang dirilis WHO pada tahun 2003, ada sebanyak 8.098 orang di seluruh dunia yang terkena SARS dan 774 orang di antaranya meninggal dunia.
Seperti halnya Covid-19, SARS juga penyakit menular. Penularannya dapat terjadi ketika seseorang tidak sengaja menghirup percikan air liur (droplet) yang dikeluarkan oleh penderita SARS saat bersin atau batuk.
Meski disebabkan oleh kelompok virus yang sama dan juga menimbulkan gejala yang mirip, SARS dan Covid-19 adalah dua kondisi yang berbeda
Tidak ada badan intelijen yang menyebut, bahwa Virus Corona sengaja dirilis. Kesimpulan yang tidak spesifik pada 2021 jelas mengatakan: "Virus tidak dikembangkan sebagai senjata biologis."
“Frekuensi kecelakaan di laboratorium mengejutkan. Banyak orang tidak terlalu mendengar perihal kecelakaan laboratorium karena tidak dibicarakan secara publik,” kata Chan, yang ikut menulis buku tentang pencarian asal-usul Covid-19.
Kecelakaan seperti "menggarisbawahi kebutuhan untuk membuat pekerjaan terkait patogen sangat berbahaya menjadi lebih transparan dan lebih akuntabel.
Tahun lalu, WHO merekomendasikan penyelidikan lebih dalam terhadap kemungkinan kecelakaan laboratorium. Chan berharap laporan terbaru itu mendorong penyelidikan lebih lanjut di AS.
China menegaskan, bahwa anggapan Covid-19 berasal dari laboratorium China tidak berdasar.