Bisnis.com, JAKARTA- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Savic Ali berharap organisasi pemuda dapat melahirkan pemimpin yang mempuni secara sosial dan politik di masa depan. Menurutnya, organisasi pemuda secara historis sangat penting sebagai salah satu ikhtiar menghadirkan perubahan.
“Zaman Orde Baru FPPI hadir sebagai tenaga pendobrak. Sekarang di zaman yang penuh keterbukaan, saya berharap FPPI mampu melahirkan pemimpin yang secara sosial-politik mumpuni di masa depan,” ungkap Savic di sela-sela kongres organisasi pemuda Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) pada Minggu (26/2/2023).
Savic yang pernah menjabat Sekjend FPPI hasil Kongres ke-II pada 2001 melihat bagaimana di era yang terpolarisasi ini menjadi tantangan tersendiri untuk organisasi. Namun, baginya juga terdapat celah di mana masyarakat sekarang lebih peduli dengan isu demokrasi.
“Saya melihat masyakat sekarang lebih peduli dengan isu demokrasi. Itu bisa menjadi kesempatan,” ucapnya.
Savic memberikan pesan untuk organisasi gerakan agar lebih mengadopsi penggunaan teknologi. Hal ini dimaksudkan supaya kinerja organisasi dapat terukur dengan baik.
Terakhir, Savic berharap agar FPPI tetap progresif. Terlebih lagi, FPPI diharapkan mampu melahirkan pemimpin yang mumpuni secara sosial dan politik di masa depan.
Baca Juga
Sementara itu, Ketua Umum FPPI yang baru periode 2023-2026 Sari Wijaya mengungkapkan komitmen peran pemuda menghadapi polarisasi politik serta pengawalan terhadap kedaulatan rakyat.
Sari mengatakan sebagai organisasi yang berasal dari simpul-simpul gerakan mahasiswa dan pemuda, FPPI senantiasa berupaya mempelopori gerakan masyarakat yang hak-haknya terpinggirkan.
“Dulu, kawan-kawan bergerak melawan kelaliman Orde Baru, pemerintahan yang represif. Kini, komitmen itu tetap sama, yakni terus melakukan perubahan Indonesia yang lebih baik, demokratis dan berkeadilan,” ujar Sari dalam acara kongres tersebut.
Di sisi lain, kata Sari, tantangan zaman sesungguhnya telah berubah. “Ada banyak isu dan tantangan, baik secara internal maupun eksternal. Eranya tidak serepresif dulu, tetapi ada banyak problem kebangsaan yang belum tuntas, mulai dari isu konflik lahan, nasib petani, buruh, isu toleransi, hingga yang strategis seperti pendidikan masih menemukan banyak problem,” kata Sari.
Lebih jauh, dia menyinggung masa depan Indonesia di tengah era globalisasi dan terkonsentrasinya kapital, persaingan geopolitik antar negara maju yang selalu mengorbankan posisi negara berkembang seperti Indonesia.
“Konsekuensi nyatanya banyak dihadapi masyarakat kita, di daerah semakin banyak korban tambang. Di kota-kota angka pengangguran semakin meningkat di tengah penetrasi digital tanpa bekal memadai,” singgungnya.
Problem tersebut, Sari menjelaskan, sengaja dirangkum dalam kongres kali ini.
“Tema kongres Identitas Pemuda dalam Bingkai Nasional Demokrasi Kerakyatan, sengaja diusung karena kita punya tujuan bersama soal negara ini. Apalagi ke depan pada 2024, Indonesia akan menyongsong Pemilu. Kita mau mendorong kawan-kawan di gerakan juga punya ruang politik, ”ujar Sari.
Acara kali ini turut dihadiri perwakilan organisasi yangdari berbagai kota. Semakin meriah berkat kehadiran Gus Mufawiq dan penampilan dari Mike Marjinal.