Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menekankan pentingnya persiangan untuk mendorong kemajuan Indonesia.
Hal itu diungkap Moeldoko dalam orasi ilmiah saat menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Sabtu (22/10/2022).
“Saya teringat persaingan politik antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Uni Soviet kemudian meluncurkan pesawat pertama ke luar angkasa sekaligus menandai perlombaan ruang angkasa. Amerika mulai cemas dan tertantang, sehingga menyatakan mereka akan membuat lompatan yang lebih jauh lagi dan mereka berhasil mendarat di bulan,” jelasnya.
Dia juga mengaku terkesan ketika berkunjung ke Busan, Korea Selatan. Pada gerbang pintu masuk sebuah pabrik baja tertulis kalimat “Kami tidak memiliki sumber daya alam tetapi kami memiliki teknologi dan sumber daya manusia”.
Kalimat itu menurutnya sangat menggugah karena Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya komparatif lainnya. Namun, yang belum dimiliki oleh bangsa ini adalah kekuatan untuk berkompetisi.
Medan kompetisi Indonesia, tuturnya, bisa dalam berbagai hal termasuk penguasaan pasar di negeri sendiri.
Indonesia, tuturnya, memiliki banyak tantangan dengan melihat posisi negara ini dengan berbagai negara di dunia misalkan dari sisi produk domestik bruto (PDB) Indonesia berada di urutan ke 17 dari 216 negara.
Lalu, indeks kompetisi global Indonesia berada di posisi 50 dari 141 negara, dan sebagainya.
Dia melanjutkan, Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia, dalam menjalankan upaya menuju Indonesia maju telah membangun sebuah landasan yang sangat kuat seperti pembangunan sumber daya manusia, serta reformasi birokrasi agar negara ini memiliki pelayanan publik yang prima serta transformasi
Sebagaimana kepemimpinan Joko Widodo, Moeldoko mengatakan seorang pemimpin mesi selalu bergerak menjemput informasi secara horizontal dan aspirasi dari masyarakat. Seorang pemimpin pun dia nilai tidak cukup memberikan tauladan yang baiktetapi hadir memberikan solusi.
“Berikutnya dari pemerintah harus berusaha lompat menjadi pemberi kepercayaan kepada generasi penerus agar bisa memperoleh pengalaman. Hal ini sangat penting agar kita bisa mewujudkan pemimpin-pemimpin berikutnya Tetapi kalau pengalaman itu hanya didominasi oleh pemimpin maka sungguh pemimpin itu egois,” tuturnya.
Sebagai kesimpulan, Moeldoko mengatakan bahwa seorang pemimpin mesti berani memimpin perubahan, dan sadar betul bahwa kalau tidak melakukan perubahan akan menghadapi sebuah bahaya.
Selain itu, pemimpin mesti menunjukkan kepada anggotanya kerja sama untuk melakukan perubahan.
“Ketiga, kemampuan menjadi teladan. Role model dari perubahan,” katanya.
Di akhir orasinya, Moeldoko menantang anak-anak muda di Indonesia untuk melakukan perubahan. Marilah kita bangkit dalam menghadapi dunia yang penuh dengan kompetisi,” pungkasnya .
