Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Covid-19 Naik dan Penyebaran Omicron BA4 dan BA5 di Indonesia

BA4 dan BA5 memiliki beberapa mutasi tambahan yang mengarah pada kemampuan untuk menghindari sergapan antibodi serta mampu menurunkan efikasi antibodi.
Epidemiolog dari  Griffith Dicky Budiman memastikan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan lebih mematikan dibanding varian Delta ketika menyerang pasien lansia, penderita komorbid, dan anak usia di bawah 5 tahun yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19./Antara
Epidemiolog dari Griffith Dicky Budiman memastikan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan lebih mematikan dibanding varian Delta ketika menyerang pasien lansia, penderita komorbid, dan anak usia di bawah 5 tahun yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19./Antara

Tak hanya itu, dalam kasus BA4 dan BA5, subvarian ini memiliki beberapa mutasi tambahan yang mengarah pada kemampuan untuk menghindari sergapan antibodi serta mampu menurunkan efikasi antibodi yang jauh lebih kuat jika dibandingkan varian atau subvarian lainnya.

“Berdasarkan hal tersebut, tidak aneh jika subvarian BA4 dan BA5 berpotensi untuk membuat gelombang baru Covid-19 di berbagai negara di seluruh dunia,” kata Dicky.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah memprediksikan bahwa Indonesia akan memasuki puncak gelombang kasus subvarian BA4 dan BA5 pada pertengahan Juli 2022 atau satu bulan setelah kasus pertama ditemukan di Indonesia.  

“Jadi seharusnya minggu kedua Juli ataupun minggu ketiga, kita akan melihat puncak kasus BA4 dan BA5 ini,” kata Budi dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (28/6/2022).

Namun, Budi menekankan bahwa berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, puncak penularan subvarian BA4 dan BA5 akan lebih rendah jika dibandingkan dengan puncak kasus varian Delta dan Omicron atau tepatnya hanya sepertiga dari puncak kasus tersebut, dengan jumlah kasus hospitalisasi yang juga diprediksikan hanya sepertiga dari kasus Delta dan Omicron.

“Sementara itu, untuk tingkat kematian adalah sepersepuluh dari kasus kematian Delta dan Omicron,” terang Budi.

Booster

Dengan cakupan vaksinasi dosis ketiga atau booster yang tinggi, Budi juga memastikan bahwa hal tersebut mampu menekan kenaikan angka kasus Covid-19 pada puncak gelombang Juli nanti, karena diketahui bahwa masyarakat yang telah mendapatkan vaksin booster akan memiliki ketahanan imunitas hingga 6 bulan mendatang atau hingga Februari-Maret 2023.

Sejalan dengan Budi, Dicky Budiman juga menilai bahwa vaksinasi dosis ketiga masih menjadi langkah yang cukup efektif untuk menekan lonjakan kasus Covid-19 yang disebabkan oleh subvarian BA4 dan BA5 serta untuk menghentikan kasus kematian yang disebabkan oleh subvarian itu.

Menurut Dicky, pemerintah harus kembali menggencarkan cakupan vaksinasi dosis ketiga atau booster, terutama pada kelompok yang berisiko seperti lansia dan penderita komorbid.

Untuk kelompok lansia dan komorbid, cakupan vaksinasi tiga dosis harus ditargetkan minimal sebanyak 70 persen dari populasi kelompok itu di Indonesia.

Sedangkan untuk cakupan vaksinasi booster secara keseluruhan, Dicky mengharapkan agar Indonesia mampu mencapai angka 50 persen cakupan vaksinasi pada akhir tahun 2022, jika ingin terus dapat mempertahankan kondisi pandemi yang terkendali.

“Dosis ketiga atau booster sangat amat urgen untuk dikejar cakupannya, guna menekan angka kasus Covid-19, di mana setidaknya adalah hingga 50 persen dari total penduduk di Indonesia,” kata Dicky.

Selain cakupan vaksinasi tiga dosis tersebut, masyarakat juga harus kembali menguatkan upaya pencegahan yang dimulai dengan menerapkan protokol kesehatan serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terutama setelah adanya pelonggaran yang ditetapkan pemerintah.

“Tidak hanya mengandalkan modal imunitas vaksinasi saja, akan tetapi juga dikombinasikan dengan perubahan perilaku di masyarakat, seperti intervensi public health yang sangat penting untuk dilakukan,” kata Dicky.

Pemerintah harus mampu menciptakan suatu komunikasi risiko yang dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat terkait penyebaran kasus Covid-19, terlebih lagi menjelang puncak gelombang subvarian baru BA4 dan BA5 pada bulan Juli mendatang.

“Kalau hanya menunggu kasus Covid-19 terus meledak, itu bukan merupakan suatu strategis kesehatan masyarakat yang tepat untuk dilakukan. Seharusnya, pemerintah dapat menerapkan sifat proactive response yang nantinya dapat menyelamatkan banyak nyawa di kemudian hari,” tegas Dicky kepada Bisnis.

Halaman Selanjutnya
Mutasi Virus Corona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper