Bisnis.com, JAKARTA - Majelis tinggi parlemen Italia menyetujui permintaan Perdana Menteri Giuseppe Conte untuk memperpanjang keadaan darurat hingga 15 Oktober mendatang
Pemberlakuan batas keadaan darurat itu menunjukkan kekuatan pemerintahnya atas sejumlah partai oposisi yang merasa keberatan.
Conte berusaha mempertahankan kekuasaan di tengah banyaknya tantangan meskipun ada penurunan dramatis dalam tingkat penularan wabah Virus Corona.
Majelis tinggi meloloskan putusan itu dengan dukungan 157 suara melawan 125 suara yang menolak. Italia saat ini mencatat 246.500 kasus dengan angka kematian lebih dari 35.000 jiwa seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (29/7/2020).
Partai oposisi pemerintah justru menilai keputusan Conte terlalu gegabah.
Mereka mengatakan bahwa perpanjangan masa tanggap seharusnya dapat dilakukan hingga akhir tahun 2020.
Baca Juga
Conte menyebut memperpanjang kondisi darurat akan memberikan keleluasaan bagi tiap pemerintah daerah dan pusat dalam memberikan penanganan.
Dalam situasi ini, kata dia, para menteri terkait juga diuntungkan dalam mengambil kebijakan.
Langkah memperpanjang status tanggap darurat, kata Conte, akan mempermudah sistem birokrasi bagi para pejabat untuk mempersiapkan pembukaan sekolah pada September 2020 setelah masa tanggap darurat berakhir.
Keputusan Conte menarik respons sejumlah partai oposisi. Giorgia Meloni, misalnya mengatakan bahwa langkah perpanjangan masa tanggap yang diambil Conte telah menyalahi kebebasan dalam berpendapat.
"Saya terkejut. Conte berargumen di Senat bahwa tanpa keadaan darurat pemerintah tidak dapat membuat keputusan. Ini adalah kebohongan besar dan serangan berbahaya terhadap kebebasan," ungkap Giorgia Meloni.
Italia telah menjadi salah satu negara dengan dampak terburuk akibat pandemi Covid-19 di Eropa. Meski begitu, kasus infeksi baru perlahan mulai menunjukkan penurunan tajam selama tiga bulan terakhir.