Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri China Hua Chunying menuding Inggris melakukan kejahatan berkelompok dengan AS untuk mendiskreditkan Huawei. Tudingan ini muncul lantaran Perdana Menteri Boris Johnson baru saja mengumumkan pemerintahannya melarang Huawei terlibat pembangunan dan penerapan 5G di Inggris.
"Inggris bekerja sama dengan AS untuk mendiskriminasi, melakukan opresi, dan mengusir perusahaan kami. Kami akan segera merespons untuk melindungi legitimasi Huawei," tutur Chunying, dikutip dari Bloomberg Rabu (15/7/2020).
Sebelumnya Duta Besar China untuk Inggris Liu Xiaoming juga telah menyayangkan sikap Johnson. "Tindakan itu mengecewakan dan salah, dan tentu saja mencederai persahabatan antara China dengan Inggris."
Seperti halnya Chunying, Liu menduga Inggris terpengaruh oleh AS. Sebab, pada awal tahun rezim Boris Johnson masih menunjukkan sikap bersahabat kepada Huawei, kendati terindikasi mulai membatasi operasional perusahaan tersebut di beberapa aspek.
Pihak Inggris sebelumnya telah membantah tudingan tersebut. Sekretaris Negara untuk urusan digital Oliver Dowden, berkata bahwa keputusan ini murni karena kekhawatiran organisasi-organisasi intelijen di Inggris yang mulai kesulitan memastikan apakah Huawei aman.
Blokir ini juga merupakan rekomendasi dari badan intelijen siber inggris GCHQ setelah melakukan penyelidikan tertutup.
Baca Juga
“Kami harus memastikan keamanan dan kelancaran infrastruktur yang sedang kami bangun [5G],” papar Dowden.
AS merupakan negara pertama yang memblokir Huawei karena tudingan bahwa perusahaan tersebut merupakan alat mata-mata pemerintahan China. Klaim AS itu, lantas diperkuat dengan terungkapnya struktur kepemilikan Huawei yang ditengarai masih tak jauh dari orang pemerintahan Beijing.
Huawei membantah tudingan bahwa mereka adalah alat pemerintah China. Namun, terlepas dari sanggahan itu, propaganda Trump telah berhasil membujuk negara lain seperti Australia, Selandia Baru, Jepang dan Taiwan untuk ikut memblokir Huawei pada 2019.