Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

4 Bulan Penanganan Covid-19 di Indonesia, Sudahkah Dilakukan Secara Saintifik?

Masalah utama dari wabah Covid-19 adalah menghadapi ketidaktahuan dan kepanikan masyarakat.
Dokter patologi klinik menunjukkan cara kerja alat Polymerase Chain Reaction (PCR) di Ruang Ektraksi DNA dan RNA Laboratorium Mikrobiologi RSUD Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020)./ANTARA-Umarul Faruq
Dokter patologi klinik menunjukkan cara kerja alat Polymerase Chain Reaction (PCR) di Ruang Ektraksi DNA dan RNA Laboratorium Mikrobiologi RSUD Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020)./ANTARA-Umarul Faruq

Di luar struktur resmi yang bertugas menangani wabah Corona, ada virolog yang suka rela memberikan informasi tentang virus tersebut.

Virolog Mohammad Indro Cahyono menjelaskan bagaimana virus Covid-19 tidak seberbahaya yang dipandang orang.

 “Virus Covid -19 tidak mengerikan, masalah utama dari wabah Covid-19 adalah ketidaktahuan dan kepanikan,” ujar Indro kepada Bisnis.com.

Warga, suspect, pasien yang dinyatakan positif semua dalam kondisi sehat, tapi mengalami intimidasi dari banyak pihak di luar komplek akibat kepanikan dan ketakutan akan penularan Covid-19,” tutur Indro mengomentari kepanikan saat suspek 01 dan 02 diumumkan.

Indro menilai tidak ada tindakan yang lebih tepat selain langsung menenangkan rakyat di pusat outbreak site pertama itu.

Indro menyebutkan Coronavirus atau virus Corona jenisnya sangat banyak dan spesifik tiap spesiesnya.

“Coronavirus jenis tertentu hanya bisa menginfeksi spesies tertentu juga, misal coronavirus di kelelawar hanya menginfeksi kelelawar, bukan manusia. Covid-19 hanya menginfeksi manusia, bukan kelelawar,” paparnya.

Meski demikian, lanjut Indro, bentuk mereka memang mirip, “dengan perbedaan pada ujung protein S (Spike) yang disebut RBD (Receptor Binding Domain) yang menyebabkan coronavirus hewan hanya untuk hewan dan COVID-19 ya hanya untuk manusia.” 

Covid-19 hanya terjadi pada manusia karena manusia punya reseptor ACE2 (Angiotensin Converter Enzyme type 2) yang membuat bagian RBD virus CoVid19 atau Covid-19 bisa menempel dan menginfeksi manusia.

"Hewan enggak punya ACE2, jadi enggak terpengaruh," ujarnya.

Terkait potensi Covid-19 menambah kefatalan kondisi pasien yang terinfeksi, Indro menyebutkan ada kelompok yang masuk dalam kelompoh risiko tinggi atau High Risk Group (HRG). Adapun kriterianya adalah:

  • Usia lanjut
  • Memilik gangguan sistem kekebalan
  • Memiliki penyakit gangguan saluran pernapasan
  • Ada komplikasi penyakit lain

Indro mewanti-wanti agar soal high risk group (HRG) dipahami terlebih dahulu.

HRG yang terinfeksi virus Corona akan mengalami peradangan dan kerusakan sel saluran pernapasan. Saat saluran pernapasan sudah pada HRG terlanjur rusak, maka ketika ditambah infeksi Covid-19 kondisinya akan lebih parah lagi,

"Kerusakan saluran pernapasan pada HRG bisa karena usia atau karena memang saluran pernapasannya rusak akibat gangguan kronis, misalnya bronchopneumonia menahun, TBC, asthma, dl," ujar Indro sembari mengingatkan pasien nomor 25, seorang WNA, yang telah meninggal dunia.

"HRG di lokasi terpapar Covid-19 akan memiliki risiko terkena efek yang lebih berat dibanding yang normal," ujarnya,

Pada orang-orang non-HRG, saat Covid-19 memasuki tubuh akan terjadi sejumlah reaksi.

  • Hari pertama muncul gejala bersin
  • Hari kedua muncul gejala pilek
  • Hari ke 3 sampai 6 pasien menderita deman karena virus mulai masuk ke tubuh dan saluran pernapasan serta menimbulkan radang..
  • Selanjutnya, pada hari ke 7, antibodi mulai keluar dalam tubuh pasien non-HRG
  • Hari ke 8 sampai 14, antibodi mulai bekerja menetralkan virus
  • Hari ke 14, virus habis, dinetralkan sàat produksi puncak antibodi, dan pasien sembuh.

Pasien non-HRG bisa sembuh tidak terlepas dari siklus infeksi dan respons tubuh menghasilkan antibodi.

"Ingat prinsip respons kekebalan tubuh lewat antibodi, ingat hari ke 7 dan 14 seperti yang saya deskripskan," ujar Indro.

Saat ditanya apa yang bisa memperkuat antibodi, Indro menyebut konsumsi vitamin E dan C serta madu dapat meningkatkan produksi antibodi.

Sementara, saat hal ini dikonfirmasikan Bisnis.com ke seorang dokter di Bandung disebutkan bahwa pada dasarnya semua vitamin bermanfaat untuk meningkatkan antibodi.

Di sisi lain ia menjelaskan bahwa vitamin E tidak ada yang merupakan dosis tunggal. yang ada merupakan gabungan dengan vitamin C.  

Halaman Selanjutnya
2 Maret 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper