Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengapa Setelah Puasa dan Lebaran Udara Terasa Panas? Berikut Penjelasan BMKG

Belakangan ini udara terasa panas meyengat, apakah terkait dengan usainya puasa dan lebaran 1441 H? Berikut penjelasan BMKG
Belakangan ini udara terasa panas meyengat, apakah terkait dengan usainya puasa dan lebaran 1441 H?/Ilustrasi-metoffice.gov.uk
Belakangan ini udara terasa panas meyengat, apakah terkait dengan usainya puasa dan lebaran 1441 H?/Ilustrasi-metoffice.gov.uk

Bisnis.com, JAKARTA - Belakangan ini udara terasa panas meyengat, apakah terkait dengan usainya puasa Ramadan dan Lebaran Idulfitri 1441 H? Berikut penjelasan BMKG 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebutkan udara yang terasa panas dan menyebabkan rasa gerah merupakan fenomena bisa di musim kemarau.

"Suasana gerah secara meteorologis disebabkan suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi," ujar Herizal, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, menanggapi banyaknya keluhan soal udara yang panas dan rasa gerah masyarakat.

Disebutkan Herizal dalam keterangannya, Selasa (26/5/2020) kelembapan udara yang tinggi menyatakan jumlah uap air yang terkandung pada udara.

"Semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap udara tersebut, dan apabila suhu meningkat akibat pemanasan matahari langsung karena berkurangnya tutupan awan, suasana akan lebih terasa gerah," ujar Herizal.

Sementara itu berdasarkan laporan pencatatan meteorologis suhu maksimum udara [umumnya terjadi pada siang atau tengah hari] di Indonesia dalam 5 hari terakhir ini berada dalam kisaran 34 sampai 36 derajat Celcius.

Beberapa kali suhu udara lebih besar dari 36 derajat Celcius tercatat terjadi di Sentani, Papua.

"Di Jabodetabek, pantauan suhu maksimum tertinggi terjadi di Soekarno/Hatta 35°C, Kemayoran 35°C, Tanjung Priok 34,8°C, dan Ciputat 34,7°C," ujar Herizal.

Hal serupa terjadi di wilayah lain di Jawa, siang hari di Tanjung Perak suhu udara terukur 35°C.

"Wilayah perkotaan terutama di kota besar umumnya memiliki suhu udara yang lebih panas dibandingkan bukan wilayah perkotaan. Sementara itu catatan kelembapan udara menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kisaran lebih dari 80 persen sampai 100 persen, yang termasuk berkelembapan tinggi," papar Herizal.

Terkait fenomena udara gerah, Herizal menyebutkan hal itu sebagai fenomena biasa saat memasuki musim kemarau.

"Untuk Jabodetabek, periode April-Mei adalah bulan-bulan dengan suhu udara secara statistik berdasarkan data historis memang cukup tinggi, selain periode Oktober - November. Pada musim kemarau suhu udara maksimum di Jakarta umumnya berada pada rentang 32-36°C," urai Herizal.

Ditambahkan Herizal, udara panas gerah juga lebih terasa bila hari menjelang hujan. Hal itu terjadi karena udara lembap melepas panas laten dan panas sensibel yang menambah panasnya udara akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari.

Herizal menyebutkan perkembangan musim kemarau hingga pertengahan Mei 2020 menunjukkan bahwa sebanyak 35 persen wilayah Zona Musim (ZOM) sudah memasuki musim kemarau, di antaranya:

  • sebagian besar wilayah di NTT dan NTB
  • sebagian Jawa Timur bagian selatan
  • sebagian Jawa Tengah bagian utara dan timur
  • sebagian Jawa Barat bagian utara dan timur
  • Bekasi bagian utara
  • Jakarta bagian utara
  • sebagian daerah Papua dan Maluku.

"Masyarakat diimbau tidak panik dengan suasana gerah yang terjadi, tetap perlu menjaga kesehatan dan stamina sehingga tidak terjadi dehidrasi dan iritasi kulit. Banyak minum dan makan buah segar sangat dianjurkan," ujar Herizal.

Herizal menambahkan pemakaian tabir surya dianjurkan agar tidak terpapar langsung sinar matahari yang berlebih.

Selain itu Herizal menyebut soal lebih banyak berdiam di rumah pada saat pemberlakuan PSBB.

"Terus ikuti pembaharuan informasi BMKG terkait perkembangan musim, informasi prediksi cuaca dan iklim, indeks kualitas udara dan kadar sinar ultraviolet matahari yang baik dan merusak bagi tubuh kita," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : bmkg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper