Bisnis.com, JAKARTA— Dana asing lari dari obligasi pemerintah India ke level terendah dalam tiga tahun saat negara tersebut membutuhkan dana jumbo untuk menangani virus corona.
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (26/5/2020), dana asing yang lari dari obligasi pemerintah India mencapai 767 miliar rupe atau setara dengan US$10 miliar kendati sempat mencapai puncaknya pada Februari. Sepanjang 2020, penurunan kepemilikan asing pada instrumen obligasi pemerintah mencapai 6 persen.
Adapun, penurunan tersebut menunjukkan minat rendah terhadap obligasi India meskipun India merupakan salah satu negara yang menawarkan imbal hasil tinggi.
“Sementara biaya pendanaan dengan dolar telah turun bagi investor asing, biaya lindung nilai nilai tukar asing masih tinggi,” ujar Treasurer FirstRand Bank Ltd. Harihar Kirshnamoorthy.
Dia menyebut selisih antara obligasi pemerintah bisa menyentuh titik negatif pada instrumen jangka pendek karena minat investor asing yang rendah. Tercatat, investor asing menggenggam sekira 1,1 triliun rupe atau kurang dari 2 persen dari total obligasi pemerintah beredar.
Di sisi lain, Perdana Menteri Narendra Modi melangkah lebih jauh untuk menarik dana asing untuk menyerap surat utang senilai 22 triliun rupe. Bahkan terdapat insentif khusus bagi dana asing yang mau berlabuh di instrumen pemerintah itu.
Sebagai gambaran, biaya lindung nilai pada nilai tukar rupe dalam setahun sebesar 3,85 persen sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah sebesar 3,89 persen. Sebelumnya, bank sentral India memangkas suku bunga acuan dengan bobot 40 basis poin sehingga memadamkan minat terhadap obligasi pemerintah.
Melebarnya defisit dan penurunan peringkat utang menjadi dua hal yang mendorong larinya dana asing dari India. Secara total, dana asing yang keluar dari India pada instrumen obligasi pemerintah dan korporasi mencapai US$13,7 miliar pada tahun berjalan di tengah aksi jual di pasar berkembang dan menumbangkan rupe ke level rendah yakni 76.9088 terhadap dolar AS pada April.
“Para investor menimbang risiko nilai tukar dan biaya lindung nilai. Bila nilai tukarmu menurun dan biaya lindung nilai tinggi akan sulit untuk mempertahankan posisi,” ujar Kepala Utang Abadi Asia Aberdeen Standard Investments, Kenneth Akintewe.
Berbeda dengan India, kompilasi data Bloomberg menunjukkan bahwa obligasi pemerintah Korea Selatan menjadi instrumen yang menyerap dana asing terbesar tahun ini dengan nilai US$27 miliar dan diikuti China dengan US$7,6 miliar.