Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah pelemahan harga, perusahaan minyak milik Arab Saudi, Aramco, menjanjikan dividen setidaknya US$75 miliar tahun ini.
Dilansir Bloomberg, Senin (16/3/2020), berdasarkan keterangan resmi, perusahaan terbesar di dunia berdasarkan nilai pasar itu, membayar dividen setiap triwulan.
Pengeluaran modal akan dipotong menjadi antara US$25 miliar dan US$30 miliar tahun ini, dari US$32,8 miliar pada 2019. Meski demikian, perusahaan masih membutuhkan setidaknya US$100 miliar untuk memenuhi komitmen dividen dan belanja modal saja.
Penyebaran virus corona dan perang harga minyak yang disulut oleh Arab Saudi setelah Rusia menolak pembatasan produksi telah membuat harga minyak mentah Brent anjlok. Harga jatuh lebih dari 50 persen sejak akhir Desember 2019 menjadi sekitar US$32 per barel, dan beberapa analis memperkirakan akan turun lebih jauh ke bawah US$10 per barel.
Harga minyak yang rendah akan mengganggu pendapatan Aramco dan merusak keuangan Arab Saudi. Royalti kerajaan merosot lebih dari 12 persen pada 2019 dan membutuhkan harga minyak US$84 per barel untuk menyeimbangkan anggaran tahun ini.
Sementara itu, saham Aramco turun 2,8 persen pada pukul 11:25 di Riyadh pada Senin menjadi 27,90 riyal, rekor terendah pada dasar penutupan dan 13 persen turun dari harga pencatatan.
Menurut Al Rajhi Capital yang berbasis di Riyadh, Aramco akan dapat mencapai arus kas bebas US$63 miliar pada 2020. Perhitungan itu mengasumsikan perusahaan memompa 10,7 juta barel per hari dan harga minyak mentah Brent rata-rata US$30 per barel.
Menaikkan utang adalah pilihan karena biaya pinjaman rendah dan perusahaan masih dalam rasio utang terhadap modal sebesar 5 hingga 15 persen. Imbal hasil obligasi Aramco senilai US$3 miliar yang jatuh tempo pada 2029 telah naik bulan ini di tengah aksi jual global aset pasar berkembang, tetapi 3,64 persen hampir tidak lebih tinggi daripada ketika utang diterbitkan pada April tahun lalu.
Pemerintah juga dapat memotong alokasi dividennya sendiri sambil membayar pemegang saham swasta, yang memiliki sekitar 1,5 persen saham Aramco.
"Mereka tidak perlu melikuidasi aset, merestrukturisasi atau meminjam modal. Mereka dapat melakukannya dengan mudah dari arus kas mereka, tetapi itu mungkin mempengaruhi transfer uang ke pemerintah selama satu atau dua kuartal," kata Mazen Al-Sudairi, kepala penelitian di Al Rajhi.
Sebelumnya dilaporkan, laba Aramco merosot 21 persen pada 2019 menjadi 331 miliar riyal (US$88 miliar) karena harga minyak dan produksi yang lebih rendah. Serangan drone dan rudal pada dua fasilitas utama pada bulan September untuk sementara memotong pasokannya lebih dari setengah.
Meskipun jatuh, produsen energi itu masih merupakan perusahaan terbesar di dunia berdasarkan nilai pasar dan paling menguntungkan. Penghasilan Aramco 2019 sama dengan pendapatan Apple Inc., Samsung Electronics Co, dan Exxon Mobil Corp.
Aramco Janjikan Dividen US$75 Miliar
Di tengah pelemahan harga, perusahaan minyak milik Arab Saudi, Aramco, menjanjikan dividen setidaknya US$75 miliar tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
39 menit yang lalu
Saham Bank Pilihan JP Morgan saat Likuiditas Ketat & Kredit Melambat
39 menit yang lalu
Saham Bank Pilihan JP Morgan saat Likuiditas Ketat & Kredit Melambat
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 menit yang lalu
Kasus Korupsi CSR: Pertaruhan Reputasi BI Ketika Kurs Kian Rontok
12 menit yang lalu
Prabowo Temui PM Pakistan Bahas Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan
32 menit yang lalu