Bisnis.com, JAKARTA - Warna ungu mendominasi sejumlah wilayah Jepang saat Topan Hagibis mulai datang. Warna yang tampak indah itu menjadi isyarat terjangan badai kuat yang sudah diantisipasi pemerintah dengan memerintahkan warganya untuk mengungsi.
Beruntung, berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi Jepang (JMA) tanggal 13 Oktober 2019, Topan Hagibis sudah bergerak meninggalkan daratan Jepang ke arah Timur Laut menuju Samudera Pasifik Barat bagian Utara.
Informasi pergerakan Hagibis itu disampaikan Deputi Bidang Meteologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo dalam keterangan resmi mengutip JMA, Minggu (13/10/2019).
Walaupun masih dalam skala kuat, intensitas Typhoon Hagibis mulai menurun. "Saat ini kecepatan angin di pusat typhoon adalah 60 knots sedangkan 12 jam sebelumnya adalah 75 knots. Dalam 24 jam ke depan JMA memprakirakan Typhoon Hagibis akan menurun intensitasnya." tambah Mulyono.
Langit Ungu
^<-"....
— ''^f'" . (@ara_to1) October 11, 2019
- '''<.*< pic.twitter.com/GA5bYH4g74
Sejak Jumat warga Jepang bersiap menghadapi kedatangan topan dengan daya rusak yang diprediksi akan sangat kuat tersebut.
Jumat malam mereka menyaksikan fenomena aneh: langit tampak ungu cerah.
Topan Hagibis membawa hujan lebat dan angin kencang ke wilayah itu dan diperkirakan akan menjadi yang terburuk di Jepang dalam enam dekade.
Topan itu mendarat di barat daya Tokyo pada Sabtu. Gempa bumi pun mengguncang daerah tersebut sesaat sebelum topan tiba.
Warga yang diperintahkan untuk mengungsi sempat memposting gambar langit ungu dan merah muda yang cerah ke media sosial.
"Langit indah di Jepang sebelum topan. Terlihat damai tetapi sebenarnya itu tanda bahwa badai akan datang #PrayForJapan," tulis seorang pengguna Twitter.
Fenomena ini telah terjadi beberapa kali di AS setelah badai besar. Ahli meteorologi mengatakan langit yang indah adalah hasil dari "hamburan."
''' 'f"f'"'pic.twitter.com/4Z4oLydjXY
— (@RyuginKamiduki) October 11, 2019
"Ketika sinar matahari menyinari Bumi, sebagian besar warna spektrum mampu mencapai permukaan tanpa gangguan," kata ahli meteorologi Lauren Rautenkranz setelah Badai Michael pada tahun 2018.
"Tetapi panjang gelombang yang lebih pendek, biru dan ungu, tersebar di setiap arah. Cahaya ini memantul dari partikel ke partikel hingga akhirnya mencapai mata Anda. Tetapi langit tidak tampak ungu dan biru karena keterbatasan mata kita," ujarnya.
Dalam kondisi normal, mata kita hanya bisa mendeteksi biru, tetapi saat badai, ungu kadang-kadang bisa terlihat.
"Cahaya itu tersebar di sekitar kelembaban di udara, menyebabkan warna ungu ajaib," katanya.
Banjir dilaporkan terjadi pada Sabtu di selatan Tokyo. Sungai-sungai meluap dan perahu-perahu terbalik. Peringatan tanah longsor juga telah dikeluarkan.
Setidaknya satu orang dipastikan tewas. Seorang pria meninggal setelah topan membalik mobilnya.