Bisnis.com, JAKARTA—Rusia mengumumkan rencana pengembangan sistem rudal baru setelah menyatakan keluar dari perjanjian pembatasan senjata. Rusia mengatakan ingin mengembangkan peluncur rudal penjelajah dan rudal hipersonik jarak jauh dalam dua tahun mendatang.
Rencana ini dikemukakan sebagai balasan atas keputusan AS keluar dari perjanjian serupa sehingga meningkatkan kekhawatiran akan adanya perlombaan senjata baru.
Perjanjian persenjataan nuklir jarak menengah (Intermediate-Range Nuclear Forces INF), yang ditandatangani pada 1987, melarang kedua negara menggunakan rudal jarak pendek dan menengah. INF ditandatangani untuk meredakan krisis ketik rudal AS dan Soviet ditempatkan di dalam jangkauan ibu kota Eropa senagaimana dikutip BBC.com, Rabu (6/2/2019).
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan AS akan keluar dari pakta tersebut, setelah menuduh Rusia telah melanggarnya, namun Rusia membantah tudingan tersebut.
Rusia akhirnya kemudian melakukan hal yang sama, yaitu mundur dari perjanjian yang disepakati pada era Perang Dingin.
Apa rencana Rusia?
Selasa lalu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan mereka akan mengembangkan rudal darat baru dalam dua tahun ke depan.
Dalam perjanjian INF, peluncuran rudal yang diluncurkan di darat dilarang. Akan tetapi perjanjian itu tidak mengatur rudal yang diluncurkan melalui laut atau udara, yang sudah dimiliki Rusia.
Shoigu mengatakan AS telah melanggar perjanjian tersebut: "[AS] secara aktif bekerja mengembangkan sejumlah rudal darat yang mampu menjangkau lebih dari 500 km, yang berada di luar batasan seperti tertera dalam perjanjian.
"Dalam situasi seperti inilah, presiden Rusia menugaskan kementerian pertahanan untuk mengambil langkah-langkah," katanya.