Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan menyentuh 6,6% pada tahun ini dan melambat menjadi 6,3% pada tahun depan.
Hal itu disampaikan oleh ekonom dari Renmin University di Beijing lewat laporannya, bahwa China akan kesulitan menghadapi tantangan perdagangan dan reformasi struktural ke depannya.
Adapun perkiraan yang diterbitkan oleh layanan berita China Academy of Social Science tersebut sesuai dengan median perkiraan 73 ekonom yang disurvei Reuters pada bulan lalu, bahwa ekonomi China kian tertekan akibat perang dagang dengan AS.
Ekonom dari School of Economics di Renmin University memperingatkan bahwa China juga masih berpeluang menghadapi kesulitan yang lebih besar lagi setelah tensi dagang dengan AS terselesaikan.
“Karena China menghadapi tekanan besar dari lingkungan perdagangan global, menurunnya pertumbuhan ekspor, dan depresiasi mata uang,” tulis laporan tersebut, seperti dikutip Reuters, Minggu (25/11/2018).
Adapun pada akhir kuartal III/2018, PDB China hanya tumbuh sebesar 6,5% secara tahunan (year-on-year), atau pertumbuhan kuartal yang paling lambat sejak 2009.
Baca Juga
Untuk mencegah terjadinya perlambatan lebih lanjut, Pemerintah China pun mendorong perbankan komersial agar menambah jumlah pinjaman kepada perusahaan privat dan mengambil tindakan untuk mengurangi masalah keuangan perusahaan.
“Akan sulit untuk menggunakan pengukuran jangka pendek untuk menghadapi tekanan downward perekonomian yang terbentuk di China. Sementara kebijakan saat ini bisa menahan berlanjutnya pelemahan pertumbuhan pada tahun depan, reformasi struktural dari sisi penawaran tetap diperlukan,” tulis laporan itu.
Liu Yuanchun, Dekan School of Economic di Renmin University dan salah seorang penulis laporan tersebut memaparkan, penurunan tingkat simpanan (savings) China dan stimulasi untuk konsumsi domestik kini telah menjadi faktor penting dalam perkembangan industri domestik ketimbang investasi.
Adapun laporan tersebut mencatat, konsumsi China diperkirakan naik 9% pada tahun depan atau melebihi pertumbuhan PDB secara keseluruhan.
Sementara itu, dalam perkembangan terpisah, China telah menyetujui dua institusi keuangan asing untuk membuka kantor di sana.
Hal itu disampaikan oleh Komisi Regulator Perbankan dan Asuransi China (CBIRC) pada Minggu (25/11/2018), sehingga saat ini jumlah persetujuan yang diberikan telah mencapai 12 perusahaan.
Adapun izin terbaru itu diberikan untuk Allianz Group dari Jerman dan Chiyu Bank dari Hong Kong.
Allianz akan membuka perusahaan holding asuransi asing pertamanya di China dan Chiyu akan membuka cabang perusahaannya di Shenzhen.
CBIRC menyampaikan, hal itu akan menjadi bagian dari upaya China membuka sektor keuangannya sambil meningkatkan kemampuan pencegahan dan pengawasan risiko.
CEO Allianz Oliver Bate menyampaikan dalam pernyataan bahwa keputusan regulator China tersebut merupakan kemajuan besar dan perusahaan induk Allianz memperkirakan perusahaan holding dapat dibentuk pada 2019.
Adapun sebelumnya, CBIRC menyampaikan juga telah memberikan izin kepada Fubon Bank dari Taiwan, ICBC-AXA Assurance Co. Ltd., dan Korean Reinsurance Co. untuk membangun unit lokalnya di China.