Bisnis.com, JAKARTA - Definisi Pariwisata Kesehatan berdasarkan nota kesepahaman yang disepakati oleh Kementerian Pariwisata dan Kementerian Kesehatan adalah pariwisata yang dikembangkan untuk tujuan kesehatan.
Baik untuk untuk tujuan pencegahan, pengobatan dan pemeliharaan dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan untuk mendukung terwujudnya pengalaman wisata kesehatan yang berkualitas.
"Di dalamnya ada Wellness dan Medical," tutur Kepala Bidang Kementerian Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata, Agustien Muliawati saat ditemui Bisnis di Lantai 22 Gedung Sapta Pesona, Kantor Kemenpar RI, Jl. Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (22/11/2018).
Medical cakupannya adalah fasilitas rumah sakit,
tenaga kesehatan dan sebagainya. Wellness cakupannya berupa pengobatan tradisional seperti spa, pijat, refleksi dan sebagainya.
Asisten Deputi Industri dan Regulasi Pariwisata Kemenpar, R. Kurleni Ukar mengatakan bahwa saat ini program pariwisata medis di Indonesia masih dalam tahap pengembangan.
"Namun, tujuan besar dari pariwisata kesehatan adalah bagaimana orang-orang Indonesia tidak wisata keluar untuk kesehatan, cukup di Indonesia," tutur Nike, begitu dia dipanggil, kepada Bisnis.
Nike mengatakan saat ini kebanyakan dari masyarakat Indonesia yang mampu lebih memilih melakukan pengobatan atau berobat ke luar negeri seperti ke Thailand, Singapura, Malaysia, Australia dan sebagainya.
"Padahal di sana belum tentu [pengobatannya] lebih baik. Nah, harusnya di sini [Indonesia] dokter-dokter atau rumah sakit itu mulai memahami cara melayani pasien, tamu, dan wisatawan supaya lebih nyaman [saat datang berobat]," lanjutnya.
Nike menilai, orang yang memilih untuk pergi jauh-jauh ke luar negeri untuk berobat biasanya mencari pelayanan yang maksimal.
"Yang memang itu [pelayanan] yang harus ditingkatkan," tuturnya.
Kedua, setelah pelayanan kesehatan yang diberikan sudah dapat diperbaiki. Maka, di kemudian hari pemerintah dapat menawarkan perjalanan pariwisata yang memadai kepada wisatawan secara global.
"Saat ini kita masih segmented [penawaran wisata medisnya]," ungkap Nike.
Alasannya masih segmentednya dan terbatasnya skala pariwisata kesehatan yang akan ditawarkan nantinya adalah karena pemerintah utamanya Kemenpar dan Kemenkes masih harus memperbaiki sistem pelayanan di rumah sakit agar dapat menimbulkan kesan wisata medis yang baik bagi para wisatawan yang datang berobat.
Nike melanjutkan saat ini selain dari segi perbaikan pelayanan, tantangan lain dari program pariwisata kesehatan secara medis adalah menemukan metode pengobatan unggulan apa yang cocok ditawarkan oleh masing-masing rumah sakit di Indonesia untuk menarik wisatawan asing melakukan wisata medis di Indonesia.
"Ini harus yakin disiapkan. Kita dengan Kemenkes sedang [menyiapkan] edukasi pelayanan medis, dan memasukkan unsur-unsur pariwisata [saat sang pasien berobat]," tuturnya.
Nike mengatakan apabila program pariwisata kesehatan Indonesia bisa berjalan secara massive maka output yang akan didapatkan oleh negara adalah bertambahnya nilai devisa.
"Kalau wisata kesehatan pasti kan tidak murah, jadi spending [wisatawan asing] di kitanya pasti lebih besar daripada spending wisatawan biasa, kalau ini bisa [berjalan] potensi [kenaikan devisanya] pasti tinggi," katanya.
Nike mengatakan saat ini Kementerian Kesehatan sedang dalam proses pembuatan katalog wisata kesehatan.
"Begitu itu sudah selesai kan disitu ada [data] rumah sakit mana yang bisa melayani turis nah ini yang [nantinya] akan kita promosikan, sosialisasi kan kepada travel-travel agent, tapi mungkin kalau sekarang ini dalam skala yang terbatas," ungkap Nike.