Bisnis.com, JAKARTA - Menerbangkan balon udara menjadi tradisi pada perayaan hari raya Idulfitri di sejumlah daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir menerbangkan balon udara dilarang. Pasalnya, dapat menyebabkan kebakaran, menganggu penerbangan, dan membuat saluran listrik tegangan tinggi (Sutet) terganggu karena balon menyangkut di kabel.
Penerbangan balon udara di Ponorogo pada tahun ini justru dilombakan. Bahkan, memperebutkan piala dari Kapolres atau dikenal dengan istilah Kapolres Cup. Tetapi, balon udara yang dilombakan harus diikat dan tidak memakai api untuk menerbangkannya.
Berdasarkan pantauan Bisnis.com, perlombaan balon udara dilakukan pagi ini, Kamis (21/6/2018), di lapangan Jepun, Balong, Ponorogo.
Terdapat puluhan balon udara yang siap diterbangkan dengan berbagai bentuk. Ada balon udara berbentuk Reog, ketupat, Spongebob, hingga orang-orangan.
Para peserta lomba terlebih dulu harus menyiapkan perapian untuk mengisi uap pada balon udara dengan membakar daun kelapa. Biasanya balon udara memakai obor untuk diterbangkan. Tetapi, kali ini hanya diisi uap atau asap dari perapian.
Kemudian, balon udara diterbangkan dengan diikat maksimal 150 meter. Balon udara akan didiskualifikasi apabila talinya putus. Beberapa balon terlihat putus talinya, karena tidak memakai obor, tidak berapa lama balon tersebut jatuh.
Salah satu pejabat PT PLN (Persero) wilayah Ponorogo Sulaiman menyampaikan bahwa lomba balon udara itu membawa nilai positif karena meneruskan tradisi hari raya tetapi tidak membahayakan bagi penerbangan hingga sutet.
"Tahun lalu kita sempat terkena gangguan pasokan listrik karena jaringan sutet tersangkut balon udara. Tahun ini, Alhamdulillah kita aman dari gangguan balon udara. Semoga lomba seperti ini bisa memfasilitasi dan melestarikan tradisi kita," ujarnya dalam sambutan sebelum pelepasan balon udara.