Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Jasa Keuangan Jateng Terus Tumbuh Positif

Industri jasa keuangan di Provinsi Jawa Tengah sepanjang tahun 2017 terus tumbuh positif. Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3 Jateng DIY kinerja perbankan di Jawa Tengah masih lebih baik dibandingkan dengan perbankan nasional.
Kepala OJK Regional 3 Jateng DIY Bambang Kiswono (tengah) bersama Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono (baris lima dari kiri) usai menghadiri acara pertemuan tahunan industri jasa keuangan 2018
Kepala OJK Regional 3 Jateng DIY Bambang Kiswono (tengah) bersama Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono (baris lima dari kiri) usai menghadiri acara pertemuan tahunan industri jasa keuangan 2018

Kabar24.com, SEMARANG - Industri jasa keuangan di Provinsi Jawa Tengah sepanjang tahun 2017 terus tumbuh positif. Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3 Jateng DIY kinerja perbankan di Jawa Tengah masih lebih baik dibandingkan dengan perbankan nasional.

Kepala OJK Regional 3 Jateng DIY Bambang Kiswono mengatakan, 2017 pertumbuhan aset perbankan mencapai Rp381,6 triliun, kredit Rp278,3 triliun dan dana pihak ketiga Rp284,3 triliun atau masing-masing tumbuh sebesar 10,80% untuk aset 9,32% untuk kredit dan dana pihak ketiga 9,75% dibandingkan dengan 2016.

Sedangkan secara nasional aset, kredit dan dana pihak ketiga masing-masing tumbuh sebesar 9,79%, 8,27% dan 9,4/%. Sementara pertumbuhan kredit yang positif tersebut diikuti dengan kualitas kredit yang lebih baik, tercermin dari rasio LDR sebesar 97,88% dan rasio NPL sebesar 2,54% dibandingkan dengan LDR dan NPL industri perbankan secara nasional sebesar 89,83% dan 2,66%.

"Perkembangan ekonomi Jateng yang semakin membaik tentunya sejalan dengan kinerja Industri Jasa Keuangan juga menunjukkan perkembangan yang positif selalu diatas nasional. Sehingga kami mengapresiasi kinerja perbankan Jateng yang selalu maju dari tahun ke tahun," kata Bambang saat menghadiri acara pertemuan tahunan industri jasa keuangan 2018 di Semarang, Selasa (30/1/2018).

Disisi lain penyaluran kredit per sektor ekonomi, didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar 31,69% dan diikuti oleh sektor bukan lapangan usaha sebesar 30,75%. Namun, jika ditinjau per jenis penggunaan, penyaluran kredit di Jawa Tengah masih didominasi oleh kredit modal kerja dengan porsi sebesar 53,85%.

Bambang menambahkan, perkembangan industri perbankan syariah di Jawa Tengah juga menunjukkan kondisi yang cukup menggembirakan, bahkan memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan perbankan secara umum.

Aset perbankan syariah tumbuh sebesar 9,03% sedangkan pembiayaan dan dana pihak ketiga tumbuh sebesar 13,61% dan 19,97%. Share aset perbankan syariah terhadap total industri perbankan di Jawa Tengah mencapai 6,85% lebih tinggi dari share perbankan syariah secara nasional yang hanya mencapai 5,78%.

"Kualitas pembiayaan perbankan syariah di Jawa Tengah juga menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kualitas pembiayaan perbankan syariah secara nasional. Hal itu, tercermin dari rasio NPF sebesar 2,76% dan rasio FDR sebesar 92,62% sedangkan NPF dan FDR industri perbankan syariah secara nasional sebesar 4,02% dan 85,5%," katanya.

Selain itu, Bambang mengatakan bahwa kinerja Industri pasar modal dan industri keuangan non bank dalam keadaan yang cukup memuaskan. Pergerakan IHSG berada dalam tren yang meningkat, dan ditutup pada level tertinggi sepanjang sejarah yaitu di level 6.355,65 atau tumbuh 20% dibandingkan 2016. Kondisi ini menempatkan IHSG masuk dalam empat besar indeks bursa utama dengan kinerja terbaik di kawasan Asia-Pasifik.

Industri pasar modal di Jateng mencatatkan jumlah investor sebanyak 57.130 orang dengan nilai transaksi sebesar Rp4.778 miliar. Sedangkan jumlah emiten saham di Jateng ada 5 dan 1 obligasi yaitu Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, PT Sri Rejeki Textile, PT Dua Putra Utama Makmur, PT Sarana Menara Nusantara, PT Prima Cakrawala Abadi serta BPD Jateng sebagai emiten Obligasi.

"Kami cukup senang dengan partisipasi masyarakat yang ingin menjadi seorang investor meskipun kebanyakan masih pemula. Namun, masyarakat Jateng kini sudah melek akan investasi sehingga jumlah investor terus meningkat," paparnya.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Hoesen menuturkan tahun 2018 merupakan momentum yang tepat untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah kondisi makroekonomi dan sektor jasa keuangan yang kondusif.

"Kami percaya bahwa sektor jasa keuangan mampu mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4%. Hal ini didukung oleh solidnya indikator sektor keuangan secara permodalan dan likuiditas maupun tingkat risiko yang terkendali," tandasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper