Bisnis.com, DENPASAR— Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani menjabarkan sejumlah bahan evaluasi sebelum menetapkan kembali Gunung Agung, Bali ke level IV atau Awas.
“Bahan evaluasi dalam menetapkan status awas itu antara lain pengamatan visual Gunung Agung dari Pos Pemantauan Gunung Agung di Rendang menunjukkan adanya asap solfatara dikawah Gunung Agung setinggi 700 meter dari bibir kawah dengan intensitas putih tipis sampai tebal dengan tekanan lemah sampai sedang,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (27/11/2017).
Pada 21 November 2017 pukul 17:05 WITA teramati erupsi yang menghasilkan asap berwarna kelabu tebal dengan tinggi maksimum 700 m di atas bibir kawah. Pada tanggal 25 November 2017 mulai teramati erupsi yang menghasilkan asap berwarna kelabu tebal dengan tinggi maksimum 2.000 m di atas bibir kawah.
“Pada 26 November 2017 pukul 05.05 WITA erupsi tersebut teramati memilikiketinggian 2000 meter dari atas bibir kawah. Kemudian mengalami peningkatan pada pukul 05.45 dengan perkiraan ketinggian 3.000 meter dari atas puncak, hingga mencapai ketinggian 3.400 meter pada pukul 11 :00 WITA.”
Selanjutnya, papar Kasbani, teramati juga jumlah gempa vulkanik meningkat cukup signifikan pada tanggal 25 November sebelum terjadinya letusan. Energi seismik teramati belum lebih tinggi dari pada saat kondisi level IV (Awas).
Hal ini tidak berarti bahwa potensi letusan lebih kecil, hal ini mengindikasikan bahwa sistem sudah relatif terbuka sehingga gempa-gempa yang berperan dalam membuka jalur ke permukaan jumlahnya tidak banyak. Pasca erupsi tanggal 25 November 2017, kemunculan gempa tremor semakin intensif.