Kabar24.com, JAKARTA—Wacana pembentukan Badan Cyber Nasional (BCN) yang akan dilakukan oleh Kemenko Polhukam bersama sejumlah kementerian terkait diminta segera direalisasikan secepatnya mengingat serangan siber dari luar negeri semakin banyak di Indonesia.
Fetra Syahbana, Country Manager F5 Indonesia mengemukakan pihaknya akan mendukung penuh langkah pemerintah yang akan merampungkan BCN dalam waktu dekat karena kondisi saat ini semakin mengkhawatirkan.
Menurutnya, saat ini lebih dari satu miliar data pribadi seperti rekam medis, catatan finansial, alamat e-mail hingga alamat rumah sudah diakses secara ilegal dan akses itu sudah dilakukan sejak 2014 hingga saat ini.
“Angka ini meningkat sebesar 54% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya [2013], ini sudah semakin mengkhawatirkan. Langkah pemerintah yang ingin membentuk BCN ini perlu dilakukan secepatnya,” tuturnya kepada Bisnis di Jakarta, Selasa (10/5).
Country Manager F5 Indonesia itu mengemukakan dewasa ini ada lima ancaman siber yang paling umum dan sering terjadi di Indonesia seperti ancaman malware atau crimeware, web application attacks, point of sale (POS) attack, insider compromise dan denial of service (DDos) attack yang diyakini semakin mengkhawatirkan perusahaan di Indonesia.
Berdasarkan data Financial Treats Report 2014 Kaspersky Lab, penjahat siber telah melakukan sebanyak 22,9 juta serangan ke sejumlah perusahaan finansial melalui malwarenya.
Kaspersky menyebutkan malware adalah alat yang paling sering digunakan untuk melakukan tindakan kriminal agar mendapatkan akses ke sistem suatu perusahaan.
“Semakin banyak ancaman siber saat ini dan trennya semakin hari semakin meningkat ancaman serangan siber ini di Indonesia,” katanya.
Secara terpisah, Manager Field System Engineer F5 Indonesia, Andre Iswanto mengemukakan penjahat siber saat ini lebih senang menargetkan perusahaan perbankan untuk dijadikan sasaran serangan siber oleh kelompok tertentu.
Secara psikologis, menurut Andre para penjahat siber sangat menyukai tantangan, semakin tinggi kesulitan untuk membobol suatu sistem perbankan, maka akan semakin menjadi target utama penjahat siber.
“Mereka [penjahat siber] ini sangat menyukai tantangan. Semakin besar tantangan untuk membobol, maka semakin diminati oleh mereka. Ada juga hacker yang membobol suatu sistem hanya untuk mencari nama saja,” ujarnya.
Manager Field System Engineer F5 Indonesia itu mengakui saat ini sangat sedikit perusahaan di bidang keuangan yang menanamkan investasinya untuk pengamanan IT.
Padahal berdasarkan data Global Economic Crime Survey 2016 PWC disebutkan sebanyak 84% institusi finansial menyatakan ancaman siber merupakan risiko terbesar dalam bisnis finansial dan sebanyak 62% CEO memiliki kekhawatiran khusus tentang keamanan siber saat ini.
“Perusahaan seharusnya lebih memperhatikan keamanan IT mereka, agar tidak timbul serangan siber yang merugikan bisnis mereka,” tukasnya.
Pembentukan Badan Cyber Nasional Mendesak Dipercepat
Wacana pembentukan Badan Cyber Nasional (BCN) yang akan dilakukan oleh Kemenko Polhukam bersama sejumlah kementerian terkait diminta segera direalisasikan secepatnya mengingat serangan siber dari luar negeri semakin banyak di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Sholahuddin Al Ayyubi
Editor : Rustam Agus
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
48 menit yang lalu
Saham Bank Pilihan JP Morgan saat Likuiditas Ketat & Kredit Melambat
48 menit yang lalu
Saham Bank Pilihan JP Morgan saat Likuiditas Ketat & Kredit Melambat
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
13 menit yang lalu
Kasus Korupsi CSR: Pertaruhan Reputasi BI Ketika Kurs Kian Rontok
20 menit yang lalu
Prabowo Temui PM Pakistan Bahas Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan
41 menit yang lalu