Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wapres: Gerakan Radikalisme Muncul dari Negara Islam yang Gagal

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan gerakan radikalisme muncul dari negara-negara Islam yang gagal berkembang sehingga konflik internal di negara itu menyebar ke negara lain.
Kelompok militan ISIS saat memasuki kota Tell Abyad di wilayah utara Syria/Reuters-arsip
Kelompok militan ISIS saat memasuki kota Tell Abyad di wilayah utara Syria/Reuters-arsip

Kabar24.com, JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan gerakan radikalisme muncul dari negara-negara Islam yang gagal berkembang sehingga konflik internal di negara itu menyebar ke negara lain.

"Apabila kita melihat sejarah pada tahun-tahun terakhir ini, radikalisme selalu timbul dari negara-negara Islam yang gagal. Alqaeda mulai di Afghanistan yang gagal, yang berkecamuk; kemudian ISIS dari Irak dan Suriah yang kita tahu juga ada kekalutan di negara tersebut," kata Wapres Kalla dalam sambutannya di pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Internasional Islam Moderat di Jakarta, Senin (9/5/2016).

Wapres menjelaskan kegagalan negara-negara Islam, sehingga menimbulkan gerakan radikalisme tersebut, disebabkan oleh dua hal utama; yakni kesewenang-wenangan pemimpin di negara tersebut dan kemarahan masyarakat atas pemerintahnya.

"Kita tahu bagaimana di Afghanistan, Irak, Suriah dan di Libya, bagaimana pemimpin-pemimpin negara itu tidak menghargai rakyatnya sendiri. Sehingga negara-negara besar menyerang negara itu dengan alasan demokrasi," jelasnya.

Kehancuran di dalam negara-negara yang gagal itu menyebabkan kekhawatiran penduduknya terhadap masa depan negara mereka, sehingga itu awal munculnya radikalisme yang kemudian menjadi gerakan terorisme.

Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan radikalisme dan terorisme tersebut, Wapres mengatakan perlunya peningkatan persatuan di antara negara-negara Islam.

Keberadaan umat Islam di dunia, yang mencapai 1,6 miliar orang dan tersebar di 57 negara, seharusnya dapat menjadi kekuatan untuk menyebarkan kebaikan Islam.

Terlebih lagi, kebanyakan negara Islam pasti diberi rahmat kekayaan alam khususnya di bidang minyak dan gas bumi. Dengan demikian, lanjut Jusuf Kalla, potensi tersebut harus dapat digunakan sebaik-baiknya dan bukannya menimbulkan perpecahan di antara umat Islam.

"Tentu kita semua menginginkan negara Islam yang moderat, yang memberikan tujuan bagi kita semua karena Islam sebagai agama yang memberikan rahmat, kebaikan dan mempersatukan seluruh umatnya. Itulah tujuan dan cita-cita kita semuanya," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper