Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penentuan 1 Syawal, PBNU: Hisab Bersifat Prediktif, Harus Diuji dengan Rukyat

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai bahwa hitungan hisab bersifat prediktif atau masih kira-kira, yang kesahihannya (ketepatannya) harus diuji dengan observasi hilal di lapangan (rukyatul hilal bilfili).
Petugas Rukyat mengamati posisi Hilal menggunakan teropong saat Rukyatul Hilal di Pantai Jerman, Kuta, Bali, Selasa (16/6). Pengamatan Hilal yang dilakukan oleh sejumlah lembaga keagamaan bersama BMKG Bali tersebut dilakukan untuk penentuan awal Ramadan 1436 H. /ANTARA
Petugas Rukyat mengamati posisi Hilal menggunakan teropong saat Rukyatul Hilal di Pantai Jerman, Kuta, Bali, Selasa (16/6). Pengamatan Hilal yang dilakukan oleh sejumlah lembaga keagamaan bersama BMKG Bali tersebut dilakukan untuk penentuan awal Ramadan 1436 H. /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai bahwa hitungan hisab bersifat prediktif atau masih kira-kira, yang kesahihannya (ketepatannya) harus diuji dengan observasi hilal di lapangan (rukyatul hilal bilfi’li).

Oleh karena itu, setelah menerima hasil penyelenggaraan rukyat di seluruh Indonesia, PBNU akan segera mengikhbarkan kepastian Idulfitri 1436 H/2015.

Demikian disampaikan oleh Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) KH A. Ghozali Masroeri dalam konferensi pers, Kamis (2/7/2015) di lantai 5 Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai jurnalis dari media televisi, cetak, dan online.

Kiai Ghozali Masreori menjelaskan berdasarkan data hisab LF PBNU, posisi hilal pada 29 Ramadan 1436 H yang bertepatan dengan 16 Juli 2015 berada pada ketinggian 03 derajat 01 menit 58,9 detik, jarak busur 05 derajat 43 menit 58 detik, dan umur hilal 09 jam 26 menit 47,5 detik.

“Apabila hilal dapat dilihat maka PBNU akan mengikhbarkan awal Syawal bertepatan dengan 17 Juli 2015,” ujar Kiai Ghozali di depan puluhan wartawan.

Akan tetapi, apabila hilal tidak terlihat, maka PBNU akan meng-istikmal-kan (menyempurnakan) puasa Ramadan manjadi 30 hari.

Kiai sepuh ini menerangkan bahwa proses penentuan Idulfitri tu didasarkan pada ajaran Rasulullah saw, sekaligus sebagai bentuk komitmen PBNU untuk melaksanakan kesepakatan ijtima’ ulama Komisi Fatwa MUI dan ormas Islam se-Indonesia pada 2003.

“Kesepakatan tersebut berisi tentang penentuan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah yang didasarkan pada metode rukyat dan hisab,” terangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : nu.or.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper