Laman daring resmi Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang menyebut wilayah ini punya sejumlah aspek budaya, seperti Tarian Lenggang Cisadane, Gambang Kromong, Lenong dan Barongsai.
Namun, di dalam tangerangkota.go.id tidak ada penjelasan khusus tentang komunitas China Benteng. Meski demikian, dalam penuturan soal Gambang dan Barongsai disebutkan keduanya berangkat dari akulturasi antara Tionghoa dan budaya setempat.
"China Benteng saat ini adalah hasil pengaruh budaya Tionghoa, Betawi, Sunda, dan Makassar," ujar Oey Tjin Eng, generasi kedelapan peranakan Tionghoa Tangerang.
Sebagai contoh, Gambang Kromong, orkes ini memadukan gamelan dan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan. Namanya diambil dari dua alat perkusi, yakni gambang dan kromong.
Pemkot Tangerang mencatat awal mula orkes tersebut muncul erat terkait dengan sosok pemimpin komunitas Tionghoa bernama Nie Hoe Kong. Dia diangkat Belanda pada masa jabatan 1736 sampai dengan 1740.
Hoe Kong mengombinasikan 18 bilah gambang dari kayu suangking, huru batu, manggarawan atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya saat dipukul. Kromong sendiri lazimnya dibuat dari perunggu atau besi sebanyak sepuluh pencon.
Nada dalam gambang kromong adalah tangga nada pentatonik China. Ini kerap disebut salendro China atau salendro mandalungan. Instrumennya terdiri dari gambang, kromong, gong, gendang, suling, kecrek, sukong, dan tehyan atau kongahyan sebagai pembawa melodi.
Sementara, barongsai diakui sebagai salah satu kesenian khas Tangerang. Barongsai yang ada di kota ini terdiri dari jenis Kilin, Peking Say, Lang Say, Samujie.
Secara umum kesenian ini menampilkan Singa Batu model dari Cieh Say.
Ada dua aliran yang dianut dalam kesenian tersebut, yaitu Aliran Utara dan Selatan. Hal ini merujuk kepada sisi Utara Sungai Yang Zi, si Barongsai berbentuk garang, berbadan tegap, dan mulutnya persegi.
Aliran selatan terdapat di sisi selatan Sungai Yang Zi. Wujudnya lebih bervariasi dan luwes tetapi kurang gagah. Aliran Selatanlah yang biasanya ada di Indonesia terutama Tangerang. Bukan mengacu pada wujud singa melainkan Anjing Say yang pernah dipelihara kaisar dan dianggap suci.