Kabar24.com, JAKARTA— Di antara semak-semak Afrika Selatan, gajah-gajah diberi latihan seni "bio-deteksi" untuk melihat apakah bisa menggunakan indra pembau luar biasa mereka guna mengendus peledak, ranjau darat dan pemburu.
Dalam pengujian baru-baru ini, gajah jantan berusia 17 tahun bernama Chishuru berjalan melewati barisan ember. Bau TNT diusapkan pada dasar salah satu ember.
Chisuru menempelkan belalainya ke masing-masing ember, berhenti dan menaikkan kaki depan ketika mendapati ember dengan bau TNT. Dia selalu benar menebak ember dengan bau peledak.
Seperti anjing pengendus, dia mendapat marula, buah yang disukai gajah, sebagai penghargaan.
"Hidung gajah sangat mengagumkan. Pikirkan tentang mammoth, yang harus mencari makanan di es," kata Sean Hensman, operator Adventures with Elephants, suaka margasatwa tempat latihan dilakukan di barat laut Johannesburg.
Proyek yang didukung Badan Riset Angkatan Darat Amerika Serikat itu punya sejumlah akar.
Gajah-gajah di Angola, yang menderita puluhan tahun akibat perang sipil, menghindari daerah dengan banyak ranjau, menunjukkan bahwa belalai mereka mengingatkan mereka untuk menjauh.
Inspirasi
Dalam kasus Hensman, dia mengatakan ayahnya kaget ketika melihat kawanan gajah di Zimbabwe tahun 1990-an dan menyaksikan bagaimana gajah betina dalam kawanan itu melacaknya.
Terinspirasi kejadian itu, ayahnya melatih 12 gajah untuk patroli anti-pemburu di Zimbabwe tapi pada 2002 keluarga kehilangan tiga peternakan mereka dalam penyitaan lahan yang dilakukan Presiden Robert Mugabe dan datang ke Afrika Selatan.
Para peneliti Angkatan Darat Amerika Serikat, yang terlibat dalam proyek lima tahun itu, mengatakan gajah-gajah tidak akan kembali ke tempat peperangan.
"Kita bisa membawa bau dari lapangan yang dikumpulkan sistem robotik tanpa awak untuk evaluasi gajah," kata Stephen Lee, pemimpin ilmuwan Badan Riset Angkatan Darat Amerika Serikat.
Dan siapa yang punya hidung lebih baik, anjing atau gajah?
"Dalam pekerjaan kami, saya tidak yakin kami punya kesimpulan tegas. Kami ingin mengukur ini lebih baik lagi," kata Lee.
Pepatah lama tentang gajah yang tidah pernah lupa tampaknya punya beberapa landasan kebenaran.
"Anjing membutuhkan pelatihan konstan sementara gajah tampaknya memahami dan mengingat bau tanpa perlu latihan terus menerus," Lee.