Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perajin Tenun Cepuk Rangrang Keluhkan Barang Tiruan

Perajin tenun Cepuk Rangrang Nusa Penida, Bali mengeluhkan masalah barang tiruan dan harga yang turun sehingga menyebabkan sebagian perajin meninggalkan usahanya.
ilustrasi/
ilustrasi/

Bisnis.com, DENPASAR—Perajin tenun Cepuk Rangrang Nusa Penida, Bali mengeluhkan masalah barang tiruan dan harga yang turun sehingga menyebabkan sebagian perajin meninggalkan usahanya.

Wayan Sukerta, Ketua Kelompok Industri tenun Winangun Asri, Desa Pejukutan, Nusa Penida, mensinyalir banyak tenun Cepuk Rangrang yang diproduksi di luar Nusa Penida bahkan dari luar Bali.

Produksi tiruan yang melimpah dari luar Nusa Penida mengakibatkan harga kain dan selendang tenun Cepuk Rangrang yang asli menjadi turun.

“Ada perajin yang menanggalkan alat tenunnya karena harga turun,” ujarnya di sela-sela penyerahan bantuan dari Bank Indonesia Wilayah III Bali Nusra, Sabtu (6/12/2014).

Kepala Perbekel Desa Pejukutan, Nusa Penida, Nyoman Yudiadnyanawan mengatakan harga sebuah kain tenun Cepuk Rangrang berukuran dua meter kali satu meter telah turun ke harga Rp120.000 sampai Rp130.000 per buah.

Padahal harga kain Cepuk Rangrang sebelumnya mencapai Rp400.000 perbuah, bahkan sempat mencapai Rp800.000 ketika kain ini menjadi trend dan diburu masyarakat.

“Setelah kami cek ternyata tidak ada penurunan kualitas dari benang maupun hasil tetapi harga jual terus turun,” ujarnya.

Tenun Cepuk Rangrang adalah kerajinan asli warga Nusa Penida yang telah berusia ratusan tahun. Pada awalnya, tenun Cepuk Rangrang hanya dipakai pada saat upacara keagamaan saja.

Seiring perkembangan zaman, tenun ini diproduksi untuk fungsi lebih luas, bahkan telah digunakan oleh sejumlah desainer nasional dalam karyanya.

Meski demikian, tidak mudah untuk memproduksi kain Cepuk Rangrang dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat. Untuk memproduksi sebuah kain Cepuk Rangrang dibutuhkan waktu sekitar 2-3 hari bila menggunakan alat tenun tradisional.

Persoalan lain juga berasal dari kesulitan pemasaran karena akses infrastruktur. Lokasi Desa Pejukutan cukup terpencil sehingga sulit diakses oleh wisatawan maupun pembeli yang tertarik dengan Cepuk Rangrang.

Sejumlah permasalahan tersebut disikapi oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah III Bali-Nusra dalam program pengembangan Desa Tenun di wilayah Bali dan Nusra.

Dalam program ini, BI bukan hanya menyerahkan bantuan puluhan alat tenun bukan mesin(ATBM), tetapi juga memberikan bantuan teknis dan pelatihan pemasaran kepada para perajin.

Bantuan ATBM tersebut diharapkan dapat mempercepat produksi tenun Cepuk Rangrang dengan kualitas prima. Sementara, bantuan teknis dan pelatihan pemasaran diberikan kepada perajin dalam mengembangan kelompok perajin serta memperluas pemasaran agar harga jual dapat meningkat.

Tidak hanya itu, hasil tenun Cepuk Rangrang juga diperkenalkan dalam kancah nasional dalam event  Fashion Tendance 2015 yang dilaksanakan di Bali belum lama ini. Dalam event ini, BI bekerjasama dengan sejumlah desainer nasional.

“Harapan kami program desa Tenun ini dapat berkembang sehingga pemerintah daerah dapat terjun untuk melanjutkan program ini,” ujar Teguh Setiadi, Kepala Tim BI Wilayah III.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper