Bisnis.com, PONTIANAK -- "Sekarang ini harga jual tertinggi yang pernah saya rasakan selama 16 tahun menanam lada. Saya memilih lebih fokus tanam lada ketimbang panen karet," kata Jamizan petani lada asal Kabupaten Sambas.
Sesekali dia menyeruput secangkir kopi, dengan wajah yang sumringah, petani berusia 40 tahun itu mengatakan kepada Bisnis.com bahwa sekarang harga jual lada di tingkat petani senilai Rp140.000 per kilogram, 3 hari lalu.
Dengan harga jual yang tinggi itu, tahun ini Jamizan bisa merasakan panen lada putih senilai Rp52 juta atau 400 kilogram.
Pada panen tahun depan, dia memperkirakan nilai jual lada pun tidak jauh berbeda dengan pendapatan tahun ini. Seperti pada tahun ini, dia telah menyiapkan jumlah tanaman sampai 400 batang, di atas lahan 0,5 hektare untuk tahun depan.
Bukan tanpa alasan Jamizan hanya mampu menanam antara 300-400 batang karena keterbatasan bantuan tenaga. Untuk saat ini, dia dibantu oleh istrinya, terkadang oleh anaknya yang sulung.
Sementara, para petani lain bisa menanam hingga mencapai 2.000 batang lada di atas lahan 0,5 ha karena dibantu para tenaga lainnya. Dengan lahan seluas itu, petani bisa mencapai hasil panen hampir 1 ton.
Tak heran dengan harga panen lada yang menggiurkan itu, Jamizan rela meninggalkan 300-an pohon karet yang siap produksi. Persoalannya dari waktu ke waktu harganya terus menurun.
Dari data Dinas Perkebunan Provinsi Kalbar, jumlah lahan lada lebih luas dibandingkan dengan luas lahan tanaman karet yang mencapai 53.043 ha, jumlah produksi sebanyak 16.970 ton di kabupaten yang sebelum krisis moneter pada 1998 dikenal dengan asal jeruk Sambasnya itu.
Di Kabupaten Sambas terdapat 53.638 petani lada dengan total lahan sebanyak 147.859 ha dengan dan jumlah produksi mencapai 64.085 ton pada tahun 2012, berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalbar.
Para petani tersebut tersebar di Kecamatan Galing dan Seluas. Mayoritas mereka menggantungkan penghasilan dari hasil menanam lada.
Sedangkan, secara keseluruhan luas lahan lada di Kalbar mencapai 1 juta ha dengan jumlah produksi 1,3 juta ton yang digarap sebanyak 570.141 petani.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Perkebunan Kabupaten Sambas Dedy Budianto menuturkan faktor perbaikan mutu dan mengatasi hama beracun pada tanaman lada merupakan kunci keberhasilan harga lada meningkat di pasaran.
Dedy mengutarakan sebelumnya petani kesulitan mengatasi hama pada tanam seperti hama pengisap bunga, pengisap buah, penggerek batang, jamur pirang, busuk pangkal, keriting, rambut kuda, dan jamur upas.
Pihaknya bekerjasama dengan lembaga internasional dari Jerman yaitu Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit-Regional Economic Development (GIZ RED)membina petani lada melalui kegiatan Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (LPHT).
Selama lima tahun, kata Dedy hasilnya menunjukkan trend positif. Mutu lada membaik, harga jual meningkat, dan permintaan pasar semakin bertambah.
“Selain pembeli di pasar Sambas dan Kota Pontianak, permintaan dari pembeli di Malaysia semakin meningkat sekarang.”
Petani Sambas Nikmati Harga Lada Tertinggi
Saat ini harga lada di tingkat petani di Kabupaten Sambas mencapai tingkat tertinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Yanuarius Viodeogo
Editor : Rustam Agus
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
26 menit yang lalu
Kasus Korupsi CSR: Pertaruhan Reputasi BI Ketika Kurs Kian Rontok
33 menit yang lalu
Prabowo Temui PM Pakistan Bahas Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan
54 menit yang lalu