Bisnis.com, MANADO—Penyaluran kredit di Sulawesi Utara mengalami perlambatan pada kuartal II/2014 sejalan dengan arah kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara (Sulut) Luctor E Tapiheru mengungkapkan penyaluran kredit tercatat Rp24,54 triliun pada kuartal II/2014 atau tumbuh 11,76% (year on year), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu 22,63%.
Dari total kredit yang disalurkan itu, menurutnya, kredit modal kerja tumbuh 8,85% menjadi Rp7,09 triliun atau mengambil porsi 28,89%. Selanjutnya, kredit investasi tercatat sebesar Rp2,76 triliun atau turun 1,96% dan mengambil kontribusi 11,24% dari total kredit.
“Sementara itu, kontribusi kredit konsumsi paling besar sebesar 59,82% sebesar Rp14,68 triliun atau tumbuh 16,34% dari realisasi kuartal II tahun lalu,” katanya, Senin (21/7/2014).
Kendati cenderung melambat, kredit konsumsi masih tumbuh kuat di tengah upaya pengereman laju pertumbuhan kredit.
Pertumbuhan kredit konsumsi yang berada di atas rata-rata total kredit menyebabkan pangsa kredit konsumsi terhadap keseluruhan kredit relatif meningkat dan terus berada pada level tinggi.
Semakin besarnya kredit konsumsi itu juga diikuti dengan tren peningkatan rasio kredit macet, meski masih cukup rendah, yakni 2,53%.
Dia menjelaskan sebagian besar alokasi pembiayaan perbankan masih disalurkan ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) dengan porsi sebesar 65,55% dari total kredit produktif.
Pertumbuhan kredit sektor utama relatif melambat, terutama pada sektor pertanian dan jasa dunia usaha yang kreditnya mengalami pertumbuhan negatif sejak pertengahan tahun lalu.
“Pertumbuhan kredit terbesar di kuartal II/2014 terjadi pada sektor angkutan dan PHR masing-masing tumbuh 9,76% dan 7,31% secara year on year,” tegasnya.