Bisnis.com, JAKARTA - Trisni Puspitaningtyasmenyapa saya dengan santai Rabu (2/7/2014) siang. Penampilannya simple, hanya menggunakan T-Shirt warna biru tua, celana jeans, dan selop di dalam rumah. Dia tidak tampak seperti pengusaha properti pada umumnya, yaitu berpenampilan resmi mengenakan stelan blazer layaknya bekerja di kantor.
Jalan Delima Jaya, Rempoa, Tangerang Selatan, Banten merupakan lokasi pengembangan properti oleh Trisni. Ketika memasuki komplek perumahan baru itu, saya melihat rumah berwarna putih dengan jendela tinggi, layaknya jendela pada rumah kuno khas bangunan Belanda.
Rumah di sebelah kiri tersebut berpagar pendek dan memiliki halaman cukup luas. Trisni mengatakan rumah di pojok depan itu menjadi contoh untuk sekitar 12 unit rumah yang akan dibangunnya nanti.
Meski demikian, dia mengatakan semua rumah yang akan dibangun nanti akan memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Bahkan, dia tidak segan belanja hiasan rumah mulai dari kusen jendela hingga keramik untuk kamar mandi.
Saya melihat sebuah kalimat berbahasa Inggris “Building Values by Bricks” di tembok pembatas komplek perumahan Tris Living.
Trisni mengatakan setiap rumah yang dibangun memang menggunakan batu bata yang dinilai sebagai bahan bangunan yang kuat dan bisa lebih dikreasi. Bahkan dari material dasar, dia ingin tampil beda dengan dengan pengembang properti lain.
Trisni telah jatuh cinta pada desain sejak dia pertama kali memiliki rumah pada 1988. Dia tidak pernah bosan membolak-balik halaman per halaman majalah yang membahas desain rumah. Karena kecintaannya pada desain bangunan, setiap menginap di hotel di tempat manapun Trisni akan memperhatikan hingga tiap kusen pintu maupun jendela yang ada di ruangan tersebut.
Salah satu desain rumah favorit Trisni adalah rumah bermodel kuno dengan pintu atau jendela krepyak yakni pintu dan jendela yang disusun dari rangkaian jalusi untuk sirkulasi udara dan pencahayaan. Menurutnya, model seperti itu merupakan desain yang long lasting.
Mendesain rumah merupakan passion Trisni dan lebih terasah akhir-akhir ini. Kegiatan tersebut merupakan penyaluran utama dalam mengisi waktu luang dan memiliki kesibukan setelah kepergian almarhum suaminya, Michael D. Ruslim, Direktur Utama PT Astra Internasional Tbk. sekitar 4 tahun silam. Titik balik tersebut menyadarkan bahwa dia ingin mencari kesibukan yang menguntungkan sesuai dengan minatnya.
“Awalnya ini untuk mencari kegiatan dan kesibukan,” katanya. Dia kemudian mencari apa yang menjadi minat utamanya dan menemukan salah satu kegemarannya adalah memperhatikan setiap detail dalam bangunan. Kecintaan akan menata letak dan memper hatikan detail interior tersebut kemudian disalurkan dengan mendirikan perusahaan properti.
Trisni memulai mencoba membuka bisnis properti pada 2012 dengan berinvestasi membangun rumah-rumah untuk disewakan.
Pada 2013, dia memantapkan untuk mengembangkan bisnis properti dengan gaya desain rumah yang merepresentasikan dirinya yaitu cederung spontan dan santai. “Saya tidak memiliki latar belakang arsitektur, semua yang saya lakukan berdasarkan kecintaan dan kegemaran dalam mendesain,” ujarnya.
Cara ibu dari dua anak dalam membangun rumah, dimulai dengan mengimajinasikan bentuk dan kemudian dirancang dengan bantuan arsitek. Setelah itu, dia mulai mendesain tata letak isi di dalam rumah tersebut.
Salah satu ciri khas Trisni untuk produk propertinya adalah menghadirkan karakter yang berbeda dalam setiap hunian. Ide-ide dalam desain itu pun mengalir apa adanya. Dia meyakini rasa senang dan bahagia akan datang bila setiap orang mengetahui apa yang diinginkannya dilakukan secara spontan.
“Kunci untuk bahagia adalah melakukan hal-hal yang kita suka secara spontan,” katanya. Selain menyalurkan kesibukan melalui kecintaan pada desain interior, dia ingin mengajarkan pada para pasangan muda yang membeli rumah agar memanfaatkan segala yang bisa digunakan dengan harga murah.
Dia menyesalkan kebiasaan dalam keluarga yang memaksakan untuk menghias rumah karena ingin memamerkan nilai dari benda-benda itu. Padahal, banyak benda sederhana yang bisa digunakan sebagai hiasan. “Prinsipnya, cari yang terjangkau dan jangan dipaksakan,” ujarnya.
Salah satu hal detail dan spontan adalah membangun restoran di depan komplek perumahaan tersebut dengan nama ‘Penting Gak Penting’. Dia mengatakan nama tersebut merepresentasikan filosofi kebutuhan makan saat ini.
Kesibukan ini yang dilakukan
Trisni saat ini sebagian besar dibentuk olehnya dan dijalankan oleh anak-anak muda. Dia mengatakan lebih memilih anak muda yang masih bersemangat dalam bekerja. Selain mengembangkan properti, Trisni juga berbisnis restoran, dan rumah produksi bernama G Production yang telah mengadakan acara musik seperti Joy Land Festival dan Jakarta Atmosphere.
Di tengah kesibukannya itu, sebagai orang tua tunggal dia tetap ketat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Anak pertamanya saat ini tengah kuliah di Amerika Serikat, begitu pula dengan anak kedua yang akan menempuh pendidikan di Negeri Paman Sam itu. Ketika saya bertanya siapa tokoh panutannya, dia pun menjawab dengan senyum, “Pastilah suami saya.”
SPONTANITAS
Sikap spontan dan apa adanya dalam melakukan sesuatu hal sudah melekat dalam diri Trisni sejak kecil. Meski dia dibesarkan dalam lingkungan budaya Jawa yang kental, tetapi dia tetap ingin menyalurkan hal-hal yang menurutnya menyenangkan tetapi bermanfaat.
Ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama kelas 2 hingga SMA kelas 2 atau sekitar 1976-1979, dia dan teman-temannya mendirikan diskotik keliling. Modal untuk diskotik keliling antara lain lampu khas diskotik dan kaset pemutar musik.
Dia dan keempat temannya sering diundang untuk mengisi acara ulang tahun atau acara-acara anak muda yang lainPada saat itu, diskotik merupakan tempat mewah yang ingin dikunjungi anak-anak muda.
Namun, tidak semua anak muda pada masa itu mampu masuk ke diskotik. Usahanya ini dijalani setiap akhir pekan dan ternyata banyak yang tertarik. “Saya dulu bagian yang menarik uang dari orang-orang,” kenangnya sembari tertawa.
Nama | Trisni Puspitaningtyas |
Tempat, Tanggal Lahir | Jakarta, 4 Desember 1962 |
Pengalaman Kerja | PT Astra International Tbk (1985 – 1992) |