Bisnis.com, JAKARTA – Pengukuran elektabilitas calon presiden/wakil presiden lewat media sosial dinilai belum dapat menjadi referensi karena tidak mewakili keseluruhan segmen masyarakat.
Kresnayana Yahya, pakar statistika dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, mengatakan pengguna media sosial hanya mewakili sekitar 20% populasi penduduk sehingga belum dapat menjadi rujukan pengukuran elektabilitas calon presiden.
“Sebagai salah satu indikator iya, tapi belum bisa jadi referensi utama karena coverage-nya terbatas,” katanya ketika dihubungi Bisnis.com, kemarin (9/7/2014).
Percakapan di media sosial, ungkap dia, bisa menjadi salah satu indikator karena mayoritas pengguna berada pada kisaran umur 15-35 yang setara 38% dari total penduduk. Menurutnya, kelompok usia tersebut merupakan penentu kemenangan pada pilpres.
Sebelumnya, hasil penelusuran yang dilakukan lembaga pemantau percakapan internet, Politicawave, memprediksi perolehan suara pasangan Jokowi-Jusuf Kalla mencapai 53,8% sementara Prabowo-Hatta memperoleh 46,2%.
Hasil tersebut berasal dari percakapan 1.592.323 netizen di enam media sosial yaitu Twitter, Facebook, Youtube, blog, forum, dan situs berita online selama periode 8 Juni-5 Juli 2014.
“Menurut catatan kami, pemenang di 10 dari 12 pilkada adalah calon yang paling banyak dibicarakan di media sosial,” kata Yose Rizal, Direktur Eksekutif Politicawave.
Dari hasil hitung cepat Pilpres 2014 yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei, Rabu (9/7), perolehan suara Jokowi-JK berkisar 51-53%. Angka ini mendekati prediksi Politicawave.
Selain Politicawave, situs Mindtalk.com juga memprediksi perolehan suara Pilpres 2014 di media sosial lewat aplikasi bernama Sentigram yang mengukur sentimen terhadap pasangan capres dan cawapres.
Pendiri Mindtalk Danny Oei Wirianto mengungkapkan pihaknya mulai menelusuri sentimen pengguna sosial sejak akhir April 2014 lalu.
Per tanggal 6 Juli 2014, pihaknya telah meng-aggregate174.774 komentar di Twitter, Facebook, Kaskus, Detik Forum, Mindtalk, dan Kompasiana.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 44,22% membuat komentar positif tentang Jokowi-JK; 39,53% sentimen positif mengenai Prabowo, dan 16,25% sisanya netral. Jika suara netral dibagi rata untuk kedua pasang calon, maka diperoleh hasil yang mendekati hitung cepat.
Menurut Danny, Sentigram bukan untuk menyaingi survei konvensional melainkan melengkapinya. Meski begitu, dia menganggap pengukuran lewat media sosial memiliki keunggulan.
“Coba bayangkan, kalau lembaga survei respondennya cuma dua ribuan, tapi ini bisa ratusan ribu, bahkan jutaan,” katanya dalam jumpa pers, Selasa (9/7/2014).
Meski hasil dua pemantau percakapan itu mendekati lembaga survei, Kresnayana mengatakan metode konvensional masih jadi rujukan utama.
Dalam sebuah survei, katanya, tingkat presisi bukan ditentukan oleh banyaknya responden, melainkan bagaimana memilih sampel random dengan tepat.
Baca juga
HASIL PILPRES 2014: Prediksi, Survei, Hingga Quick Count
QUICK COUNT PILPRES 2014: Ini Hasil dari 12 Lembaga Survei