BANDUNG—Proyek pembangunan high speed railway atau kereta api super cepat Jakarta-Bandung diperkirakan baru dapat direalisasikan pada 2019.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jabar Denny Juanda mengatakan pihaknya awal pekan ini baru saja mendapat pemaparan konsultan perencana proyek tersebut dari Japan International Agency (JICA).
"Sekarang masih dalam perencanaan. Sekitar lima tahun kedepan akan dipikirkan pembangunan fisiknya," katanya, Selasa (1/7/2014).
Menurut Denny, pemaparan kedua kalinya dari JICA ini masih dalam tataran memaparkan keunggulan dari proyek kereta api cepat tersebut. Pihak Jepang juga menjelaskan soal studi yang sudah dilakukan terkait rute Bandung-Jakarta yang dapat dilalui kereta setingkat Shinkansen. “Mereka memaparkan hasil kajian sekaligus kereta shinkansen.”
Dari hasil kajian yang dibuat JICA, proyek ini membuat jarak Bandung-Jakarta dapat ditempuh dalam waktu 37 menit. Rencananya stasiun utama jalur kereta api cepat ini akan dipusatkan di Gedebage, Bandung. Pihak JICA juga sudah menyusun titik pemberhentian dimulai Jakarta (0 km)- Bekasi (26 km)-Cikarang (41km)-Karawang (60 km)-Walini (101 km)-Stasiun Bandung (129 km)- Gedebage (141 km).
Denny memaparkan setelah dihitung nantinya jarak antar stasiun yang diperbolehkan antara 25 sampai 30 km. Menurutnya, Shinkansen dijadwalkan hanya boleh berhenti di setiap stasiun beberapa detik saja karena mengejar waktu tempuh menuju Bandung mencapai 37 menit.
Berangkat dari kajian JICA, pihaknya menilai proyek ini akan menghadapi tantangan di rute yang dilalui. KA super cepat menuntut jalur yang tidak memiliki tanjakan dan turunan. Menurutnya, kemiringan yang diperbolehkan hanya mencapai 5%. “Jadi ini bagian menariknya, jalur tidak boleh ada tanjakan dan turunan yang berlebihan,” katanya.