Bisnis.com, DENPASAR - Dinas Perkebunan Bali menargetkan luasan lahan kopi arabika meningkat dari 12.000 hektare pada 2013 menjadi 17.000 hektare pada 2014.
Untuk mencapai target tersebut, Dinas Perkebunan mengintensifkan sistem tanam tumpang sari dan mengembalikan lahan-lahan tidur.
Saat ini, daerah yang memproduksi kopi jenis itu di Bali terdapat di Kintamani Kabupaten Bangli, Petang Kabupaten Badung, serta Sukasada, dan Kubutambahan Kabupaten Buleleng.
Menurut Kepala Dinas Perkebunan Bali I Dewa Made Buana, kopi arabika asal Pulau Dewata itu telah mendapatkan sertifikat indikasi geografi sehingga sudah diakui memiliki ciri khas cita rasanya secara nasional.
"Karena itu kami ingin memperluas lahan dan mencoba memanfaatkan potensi yang masih sangat besar agar produksinya bertambah," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (3/6).
Selain memperluas lahan, Dinas Perkebunan Bali juga akan meningkatkan sistem pengolahan kopi arabika basah.
Dari total produksi kopi arabika mencapai 3.500-4.000 ton per tahun, pengolahan buah kopi basah baru mencapai 1.500 ton per tahun, sedangkan sebagian besar masih diolah kering. Sementara itu, permintaan kopi arabika dari Bali untuk pasar ekspor mencapai 2.000-3.000 ton.
Upaya meningkatkan, kata Buana, dengan mekanisme penerapan sistem tanam yang baik, dan pemasaran satu pintu melalui koperasi. Selain itu, dari 20 subak yang saat ini dibina, jumlahnya akan ditingkatkan.
"Jumlah subak yang memproduksi kopi ada 64 dan kami akan terus ditingkatkan pembinaan," jelasnya.