Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NASIB GOLKAR: Terjepit, Tapi tak Punya Naluri Oposisi

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur Ahmad Atang menilai Partai Golkar setelah rapat pimpinan nasional (Rapimpnas) Minggu (18/5/2015) bukannya lebih baik arah koalisinya tetapi justru membuat Golkar berada di persimpangan jalan.
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie saat kampanye Pileg. Nasib partai ini sedang  dipersimpangan jalan/JIBI
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie saat kampanye Pileg. Nasib partai ini sedang dipersimpangan jalan/JIBI

Bisnis.com, KUPANG--Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur  Ahmad Atang menilai Partai Golkar setelah rapat pimpinan nasional (Rapimpnas) Minggu (18/5/2015) bukannya lebih baik arah koalisinya tetapi justru membuat Golkar berada di persimpangan jalan.

"Dengan suara yang siginifikan, semestinya Golkar memainkan peran yang strategis untuk didekati, malah Golkar seperti kehilangan roh politik,"  ujarnya Senin (19/5/2015) mengomentari hasil Rapimpnas Partai Golkar.

Bisnis mencatat Rapat Pimpinan Nasional VI Partai Golkar memutuskan memberikan mandat penuh terhadap Aburizal Bakrie selaku ketua umum untuk menentukan arah koalisi dalam Pemilu Presiden 2014.

Selain memberikan mandat penuh untuk menentukan arah koalisi, Rapimnas juga memberikan mandat kepada Aburizal Bakrie menjadi calon presiden (capres) ataupun calon wakil presiden (cawapres) untuk berpasangan dengan calon partai lainnya.

Keputusan Rapimnas ini, sekaligus menggugurkan keputusan Rapimnas  2011, yang menetapkan Aburizal Bakrie sebagai capres dari Partai Golkar.

Ahmad Atang mengatakan dengan memberi mandat kepada Aburizal Bakrie untuk menentukan arah koalisi, semakin menunjukkan kegalauan Golkar, apalagi poros yang ingin diburu telah memiliki capres dan cawapres.

"Maka apa yang akan dilakukan Golkar dalam dua hari ke depan tidak lain adalah cara untuk mencari aman,"  paparnya seperti dikutip Antara.

Dan kalaupun Golkar berada dalam kekuasaan, kata dia, bukannya sebagai pengaman pemerintahan tetapi justru bisa menjadi pengganggu.

Bukti sebagai pengganggu itu dapat diamati dalam keberadaan Golkar dalam satgas koalisi dengan demokrat yang lalu, katanya.

Mengenai posisi Partai Demokrat, dia mengatakan berbeda dengan Demokrat yang telah memberi sinyal oposisi dan saya yakin itu.

"Golkar dari dulu memang bisa eksis kalau berada dalam kekuasaan dan Golkar tidak memiliki naluri untuk menjadi oposan," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper