Bisnis.com, SYDNEY -- Bank sentral Australia menjaga suku bunga acuan tetap di level rendah menyusul melambatnya inflasi sekaligus mengantisipasi pemangkasan belanja pemerintah.
Sesuai perkiraan 33 ekonom yang disurvei Bloomberg, suku bunga acuan tetap di level 2,5%. Reserve Bank of Australia (RBA) juga menyebutkan bakal mempertahankan laju suku bunga acuan di level yang stabil untuk menggenjot pertumbuhan.
“Suku bunga acuan yang tetap rendah merupakan keputusan yang tepat dalam menghadapi ketidakpastian anggaran federal,” kata Craig James, ekonom senior Commonwealth Bank of Australia di Sydney, Selasa (6/5/2014).
Rendahnya suku bunga acuan, penguatan di sektor properti dan stabilnya kondisi pasar tenaga kerja diperkirakan mampu mengimbangi terjungkalnya investasi pertambahan di Australia.
Angka pengangguran merosot menjadi 5,8% pada Maret dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 6,1%. Jumlah pegawai baru diperkirakan bertambah 9.500 orang pada April tahun ini dan angka pengangguran kembali naik menjadi 5,9%.
Selain itu, inflasi yang hanya tumbuh 0,5% pada kuartal I/2014 dan apresiasi dolar Australia berlebihan yang menaikkan harga impor menjadi penyebab utama RBA menjaga suku bunga acuan tetap rendah.
Dolar Australia naik 0,5% setelah keputusan RBA tersebut, sebelumnya mata uang itu diperdagangkan dengan nilai US$92,7 sen di Sydney. Kiwi (dollar Australia) tercatat mengalami apresiasi 4%, kenaikan terbesar di antara 10 mata uang lainnya.
Indeks nilai rumah yang dirilis RP Data-Rismark menyatakan suku bunga acuan yang rendah memacu kenaikan harga rumah di 8 kota besar Australia sekitar 11,5% pada April 2014 dari April tahun lalu.
“Pertumbuhan kredit juga menunjukkan peningkatan. Tapi, risikonya harga rumah akan tumbuh di level yang tidak berkelanjutan,” tambahnya.