Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Capres Demokrat Tak Sekuat Jokowi & Prabowo

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Gazali menilai jika Partai Demokrat (PD) tetap mengajukan capres melalui koalisi dengan sejumlah partai lain maka posisinya akan tetap lemah untuk bersaing dengan Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Bisnis.com, JAKARTA--Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Gazali menilai jika Partai Demokrat (PD) tetap mengajukan capres melalui koalisi dengan sejumlah partai lain maka posisinya akan tetap lemah untuk bersaing dengan Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Menurutnya, parpol lain yang berpotensi untuk diajak koalisi adalah PAN, PKB, dan PKS tetapi kekuatan partai berbasis agama itu akan sulit mengantarkan capresnya menjadi presiden Indonesia.  

Karena itu, sebagai ketua umum Partai Demokrat, SBY)harus melakukan langkah cepat dengan melakukan koalisi dengan capres yang sudah ada.

Tujuannya untuk menyelamatkan konvensi capres yang hingga kini tidak jelas ujungnya.
 
“Jadi, konvensi capres PD yang akan ditutup dengan perdebatan pada 27 April itu tak banyak manfaatnya. Karena itu SBY harus berani melakukan koalisi sebelum partai-partai berkoalisi, ujarnya, Rabu (23/4/2014).

Koalisi itu, ujarnya, harus dilakukan tanpa harus mengukur elektabilitas peserta konvensi capres tetapi dilihat dengan capres mana peserta konvensi itu bisa dipasangkan.
 
Menurutnya, konvensi itu merupakan proses terbaik untuk mencari capres, namun belum cocok untuk Indonesia.

Apalagi dari 11 peserta konvensi itu belum ada tokoh kuat yang seharusnya dicapreskan untuk pilpres 2014 ini.
 
“Konvensi PD itu tak ada ujungnya, tak ada kontestasi capres dan partai, dan tak ada gagasan yang berani berbeda dengan PD maupun SBY. Mestinya itu terjadi, dan hasilnya nanti akan ditentkan oleh survei,” ujarnya.
 
Direktur Eksekutif IndoBarometer Muhammad Qodari menilai bahwa sejumlah konvensi capres di Indoensia dilakukan karena terpaksa.

Dia mencontohkan Partai Golkar yang menggelar konvensi karena Ketua Umum DPP Golkar Akbar Tandjung ketika itu tersangkut kasus hukum kasus Bulog.

Sedangkan konvensi yang digelar oleh Partai Demokrat (PD) adalah akibat SBY tidak bisa lagi mencalonkan diri sebagai presiden.
 
“Jadi, adanya konvensi di Indonesia terpaksa, akibat berbagai peristiwa yang menyebabkan adanya konvensi itu sendiri,“ ujar Qodari.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper