Bisnis.com, JAKARTA - Pencapresan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dinilai tidak mampu mendongkrak suara PDI-Perjuangan dalam pemilu legislatif 9 April 2014.
Sejumlah hasil hitung cepat (quick count) yang dilakukan sejumlah lembaga survei menyebutkan PDI-P memenangkan pemilu legislatif dengan perolehan suara tidak lebih dari 20%.
Setelah mencapreskan Jokowi, PDI-P seolah sudah percaya diri bahwa suara PDI-P akan mencapai 30%-35%, sehingga bisa leluasa mengajukan pasangan capres dan cawapres tanpa berkoalisi dengan parpol lain. Namun keputusan rakyat mengubur impian tersebut.
Ini berarti, PDI-P harus menggandeng sejumlah parpol untuk mengusung calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu Presiden Juli mendatang. Peneliti LSI Aji Alfarabi menilai pencapresan Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) tidak signifikan mendongkrak perolehan suara PDI-Perjuangan dalam pemilu legislatif 9 April 2014.
"Jika melihat hasil hitung cepat (quick count) dimana PDI-P raih suara di bawah 20%, efek Jokowi tidak besar pengaruhnya. Ada tapi sedikit dampaknya dalam mendongkrak perolehan suara PDI-P," katanya dalam live event quick count Pemilu 2014 di TV One.
Hal senada diungkapkan oleh Hanta Yudha, pengamat politik. "Elektabilitas Jokowi yang selalu tinggi di sejumlah survei, ternyata tidak berdampak signifikan dalam mendongkrak elektabilitas PDI-P. Ada dampaknya, tapi sangat kecil," tuturnya.
Perolehan PDI-P dalam pemilu 9 April jauh dari harapan karena Rakernas PDI-P telah mencanangkan target sebesar 27,2%. Setelah mencapreskan Jokowi, PDI-P seolah sudah percaya diri bahwa suara PDI-P akan mencapai 30%-35%, sehingga bisa leluasa mengajukan pasangan capres dan cawapres tanpa berkoalisi dengan parpol lain. Namun keputusan rakyat mengubur impian tersebut.